Kanal24, Malang – Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB) menggelar UNTA (University Network for Tropical Agriculture) International Seminar 2023 yang bertemakan “Innovation for Sustainable Agriculture Production, Ensuring Climate-Resilient and Digital Agriculture” di Gedung Widyaloka UB pada hari Senin – Kamis (7-10/08/2023). Acara ini dihadiri oleh Dekan FP UB, Prof. Mangku Purnomo, S.P., M.Si., Ph.D. yang memberikan sambutan.
Prof. Mangku menjelaskan bahwa UNTA merupakan asosiasi di bidang ilmu pertanian yang diinisiasi oleh beberapa negara di ASEAN, yakni Indonesia, Taiwan, Thailand, dan Filipina untuk jaringan Fakultas Pertanian seluruh ASEAN dan diadakan di setiap negara yang menjadi inisiator. Lalu, tahun 2023, UB Indonesia menjadi negara penyelenggara.
“Awalnya ini didirikan untuk memposting pengetahuan tropical agriculture untuk menjadi bagian yang cukup penting dalam perdebatan ilmu di dunia,” terang Prof. Mangku kepada Kanal24.
Prof. Mangku menjelaskan bahwa tantangan terbesar dunia saat ini adalah perubahan iklim. Salah satunya adalah perubahan Iklim El Nino. Iklim ini adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Selain itu, menurut Prof. Mangku disebutkan dari seminar bahwa saat ini wilayah kita tidak lagi mengalami global warming tapi sudah masuk global boiling. Global boiling adalah istilah yang digunakan secara metaforis untuk menggambarkan kondisi pemanasan global atau perubahan iklim yang ekstrem.
“Nah, kalau kita, orang awam biasanya menyebutnya ini kan lebih dingin kadang kala lebih dingin ya kemudian lebih panas kan gitu. Nah, ini juga berimbas ke sektor pertanian dan produksi menurun. Dan nanti bisa berpengaruh terhadap genetik metabolisme dan lain sebagainya,” beber Prof. Mangku.
Jika hal tersebut terjadi terus menerus, menurut Prof. Mangku, hal tersebut dapat mengakibatkan bencana besar seperti panasnya terlalu tinggi. Maka, tanaman tidak akan tumbuh dengan baik dan dalam jangka panjang akan menjadi bencana. Kemudian, kita harus antisipasi jika nanti bisa berubahnya, seperti melakukan green house, mengurangi CO2 (karbondioksida), dan lain sebagainya.
Dengan landasan tersebut, maka UNTA International Seminar mendiskusikan hal tersebut agar berbagai tanaman tersebut dapat tumbuh dengan optimal untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih baik.
“Ini yang kita bahas, bagaimana merancang tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim baik dari sisi tanaman maupun dari sisi lainnya. Selain itu, kita juga mendorong untuk terjadinya sistem tersebut. Maka kita akan mencoba mengembangkan kawasan-kawasan dengan tanah kering untuk kita dorong menjadi hutan kembali tetapi berbasis di bidang pangan,” pungkas Prof. Mangku.
Dengan diselenggarakan UNTA International Seminar ini, Prof. Mangku berharap pakar pertanian dan seluruh peserta yang hadir dalam UNTA International Seminar dapat merancang tanaman yang siap dan tahan pada perubahan iklim yang terjadi agar produksi pangan kembali meningkat. Selain itu, juga mencoba mengembangkan berbagai kawasan tanah kering untuk dijadikan hutan kembali dengan basis hutan pangan. (nid/suk)