Kanal24, Malang – Pentingnya nalar kritis mahasiswa dalam memahami fenomena kebahasaan menjadi sorotan dalam rangkaian peringatan Bulan Bahasa Indonesia di Universitas Brawijaya (UB). Dengan tema, “Nestapa di Negeri Sendiri, Digandrungi di Negara Lain,” Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PKM) UB menggelar Lomba Stand-Up Comedy dan Coaching Clinic Penulisan Artikel, pada Kamis (17/10/2024). Acara ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan para narasumber ahli dari berbagai bidang yang mendalami dunia bahasa dan media.
Noveria Anggraeni Fiaji, M.Pd., Ketua Pelaksana acara, menjelaskan bahwa tema ini diangkat sebagai refleksi terhadap fenomena kebahasaan di mana bahasa Indonesia seringkali diremehkan di dalam negeri, namun justru diminati di luar negeri.
“Kami ingin menanggapi paradoks ini dengan mengangkat ‘Nestapa di Negeri Sendiri, Digandrungi di Negara Lain’ sebagai tema utama, agar mahasiswa dapat lebih kritis dan bangga terhadap bahasa nasional kita,” ungkap Noveria.
Acara ini juga menjadi bagian dari peringatan puncak Bulan Bahasa yang akan jatuh pada 28 Oktober mendatang. Selain menggelar lomba, UPT PKM UB mengadakan Podcast Bahasa yang disiarkan melalui kanal YouTube PKM UB, menghadirkan influencer seperti Yuanita, Duta Bahasa Jawa Timur, serta dosen tamu dari luar negeri untuk membahas persepsi internasional tentang bahasa Indonesia.
Mengasah Nalar Kritis Melalui Komedi
Salah satu kegiatan yang paling menarik perhatian adalah Lomba Stand-Up Comedy, di mana mahasiswa diberi kesempatan untuk menyampaikan kritik sosial melalui humor. Gilang Herlambang, salah satu juri, menyampaikan bahwa lomba ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk memadukan isu-isu sosial dengan komedi, sebuah kombinasi yang membutuhkan ketajaman berpikir. “Perbedaan kultur komedi di Indonesia dan luar negeri terlihat jelas dari topik yang diangkat. Di sini, mahasiswa harus berani menyuarakan isu-isu yang relevan dengan gaya yang menghibur,” jelasnya.
Meski digelar pada weekday di tengah Ujian Tengah Semester (UTS), antusiasme peserta tetap tinggi. Puluhan mahasiswa ikut serta dalam lomba ini, menghadirkan berbagai materi komedi yang dikemas dengan cerdas dan kritis. Dewangga, seorang komedian yang juga berstatus mahasiswa UB, turut hadir sebagai juri, memberikan penilaian berdasarkan kreativitas, kelucuan, serta relevansi tema dengan kritik sosial.
Coaching Clinic Penulisan Artikel
Selain Stand-Up Comedy, kegiatan lain yang tak kalah penting adalah Coaching Clinic Penulisan Artikel. Klinik ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karya populer, khususnya di tema kebahasaan. “Mahasiswa UB memiliki ide-ide brilian, tapi sering terkendala waktu dan tugas kuliah untuk menulis. Melalui klinik ini, kami ingin mendorong mereka agar berani menghasilkan tulisan populer yang membahas kebahasaan Indonesia,” tambah Noveria.
Dalam coaching clinic tersebut, mahasiswa dibekali keterampilan menulis yang efektif dan relevan, terutama dalam menghasilkan tulisan yang mudah dipahami namun tetap informatif. Klinik ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih aktif dalam menulis dan berpartisipasi dalam kegiatan kebahasaan.
Menanamkan Rasa Cinta Bahasa Indonesia
Noveria juga berharap agar melalui kegiatan ini, mahasiswa UB semakin mencintai bahasa Indonesia dan bangga menggunakannya. “Kami ingin mahasiswa memahami betapa berharganya bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan memiliki kebanggaan untuk memakainya,” pungkasnya.
Dalam jangka panjang, UPT PKM UB menargetkan agar mahasiswa dapat menghasilkan karya tulis populer yang nantinya diterbitkan dalam Buletin Macapat. Buletin ini menjadi wadah bagi mahasiswa dan dosen untuk menyalurkan gagasan kebahasaan dan sastra mereka dalam bentuk tulisan populer. Karya-karya terpilih akan dibukukan setiap akhir tahun, lengkap dengan ISBN, sebagai bukti kontribusi mereka dalam pengembangan kebahasaan di Indonesia.
Dengan rangkaian kegiatan ini, UPT PKM UB berharap dapat membangkitkan semangat generasi muda untuk mencintai, memahami, dan mengembangkan bahasa Indonesia, sekaligus menjadikan Bulan Bahasa sebagai momentum refleksi akan pentingnya bahasa dalam identitas nasional. (nid/una)