Kanal24, Malang – Unit Pelaksanaan Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPTPKM) Universitas Brawijaya menggelar Diskusi Kedai Bhineka, yang mengusung tema “Meneguhkan Karakter Nasionalis Religius Mahasiswa Universitas Brawijaya Menuju Indonesia Bermartabat” (8/3/2023). Dalam diskusi ini hadir sebagai narasumber, Pkar Hukum Tata Negara sekaligus Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Sumber Daya Universitas Brawijaya Dr. Muchamad Ali Safa’at, Dr. Arif Mustapa selaku Dosen Agama, dan Rafli Rayhan Al Khajri sebagai perwakilan mahasiswa dan sebagai ketua Eksekutif Mahasiswa tahun 2023. Dihadiri oleh lebih dari 190 mahasiswa Universitas Brawijaya dari berbagai fakultas, acara ini membahas mengenai bagaimana mahasiswa menjadi pribadi yang kreatif, religius, entrepreneur, dan nasionalis.
“Pendidikan agama itu harus melakukan reformasi, karena pendidikan agama adalah bagian dari sistem mikro yang berpengaruh langsung pada mahasiswa,” terang Arif Mustapa. Memang, jika pembelajaran keagamaan tidak memiliki motif yang baru mahasiswa akan cepat merasa bosan. Bahkan dari SD hingga SMA pembelajaran keagamaan masih hanya berkutat pada membaca dan menghafal. Sedikit kurang menarik atensi siswa.
Arif menjelaskan bahwa pengajaran pendidikan agama terlalu formal dan perlu diubah. Perubahan pembelajaran berbasis proyek mampu menumbuhkan kerja sama antar mahasiswa. Interaksi antar mahasiswa inilah yang akan menumbuhkan sifat-sifat positif dan akan berpengaruh terhadap sikap serta keimanan mahasiswa.
Pemaparan Materi oleh Wakil Rektor UB (Sukana/Kanal24)
Untuk menyikapi hal tersebut. Ali Syafa’at selaku berpendapat bahwa pembentukan karakter nasionalisme dan religius menjadi kewajiban dari Universitas Brawijaya. Pendidikan karakter tersebut dapat terbentuk dari pembelajaran mata kuliah wajib nasional dan juga berbagai macam aktifitas mahasiswa, meskipun manifestasi hasilnya berbeda beda. Agama dan nasionalisme saling menopang melengkapi satu sama lain dan agama menjadi landasan moral bagi nasionalisme berbangsa dan bernegara.
“Karakter nasionalis dan religius tiap bagian memiliki nilai dan makna yang berbeda-beda,” Ali Syafaat. Ia memberikan contoh dengan kedisiplinan, setiap mahasiswa memiliki tingkatan kedisiplinannya masing-masing yang menjadi tanggung jawabnya atas dirinya sendiri.
Muhammad Anas Ketua UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (Sukana/Kanal24)
Kegiatan meneguhkan karakter nasionalis dan religius ini menjadi rangkaian kedua dari acara Kedai Bhineka. Kedai Bhineka kali ini sendiri menjadi salah satu ruang bagi mahasiswa untuk berdiskusi mengenai nasionalisme dari perspektif agama dan mata generasi Z. Menurut Muhammad Anas, Ketua UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa, kegiatan ini penting diadakan karena di era disruptif saat ini berarah pada hilangnya batas batas nasionalisme dan kita sebagai bagian dari Universitas Brawijaya perlu mengubah konsep nasionalisme yang dirasa telah ulung.
“Acara ini dibuat agar bagaimana nasionalisme kini lebih dekat dengan mahasiswa agar kemudian mereka tidak terjebak dalam sifat apatisme,” ucap Anas,
Dalam rangkaian acara Kedai Bhineka UPTPKM menargetkan agar mahasiswa punya kesadaran untuk berkumpul untuk mendiskusikan apa saja dalam ruang yang telah dibuat. Namun untuk acara saat ini target acara masih sebatas mahasiswa yang menempuh mata kuliah tersebut dan dari dorongan masing-masing dosen. (fan)