Kanal24, Malang – Beberapa hari ini seluruh wilayah Indonesia terpapar cuaca yang amat panas. Mendidihnya suhu ini akan menghasilkan sinar UV yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Hawa panas tersebut tidak bisa dihindari masyarakat Indonesia bertepatan dengan Lebaran dan musim mudik.
Kondisi serupa dialami berbagai negara di Asia. Seperti India, mencapai suhu 50 derajat yang menyebabkan aspal di jalan meleleh. Situasi panas di Indonesia belum se ekstrim India. Namun, ancaman kekeringan semakin di depan mata.
Guru Besar Bidang Geofisika FMIPA UB, Prof. Adi Susilo menjelaskan climate change dan global warming sangat berpengaruh terhadap gelombang panas yang terjadi saat ini. Gelombang panas adalah kondisi cuaca ekstrem yang terjadi ketika suhu udara sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini dapat terjadi karena adanya massa udara panas yang tidak dapat dipantulkan dari tanah ke atas dan terperangkap di dalam bumi. Lainnya, penyebab cuaca panas khususnya tahun 2023 menurut BMKG, antara lain:
- Adanya dinamika atmosfer yang tidak biasa di seluruh wilayah Asia, termasuk Indonesia.
- Adanya gerak semu matahari tiap tahunnya. Hal tersebut menambah lonjakan panas di wilayah Sub-Continent Asia Selatan.
- Adanya tren pemanasan global dan perubahan iklim yang menyebabkan gelombang panas semakin sering terjadi
- Adanya dominasi monsoonal Australia. Keadaan ini memberikan kejelasan terhadap fenomena hujan lebat di tengah musim kemarau.
- Intensitas maksimum radiasi matahari pada cuaca cerah dan kurangnya penutupan awan.
Prof. Adi menambahkan, fenomena alam ini juga terdampak dari pengaruh El Nino. “El Nino menjadi fenomena meteorologi yang biasa terjadi secara berurutan setelah terjadinya La Nina. Fenomena ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap cuaca dan lingkungan hidup di seluruh dunia.” jelasnya.
Perlu diketahui, El Nino adalah fenomena iklim yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. El Nino terjadi ketika air laut di Samudra Pasifik bagian timur menjadi lebih hangat dari biasanya, dan ini dapat mempengaruhi pola angin di wilayah tersebut. Akibatnya, El Nino dapat mempengaruhi cuaca di seluruh dunia, termasuk hujan yang lebih banyak di beberapa wilayah dan kekeringan yang lebih parah di wilayah lain.
Fenomena di atas menjelaskan terjadinya kondisi panas di seluruh wilayah Indonesia. Mengingat radiasi yang dipancarkan cukup panas serta ultraviolet yang ganas beberapa hari ini. Prof. Adi menyinggung masyarakat untuk tetap waspada atas bahaya cuaca ekstrem.
“Ultraviolet sangat ganas hari-hari ini, yang dapat merusak kulit hingga mata. Bahkan, BMKG menyarankan agar masyarakat menggunakan sunscreen. Usahakan kulit tidak terpapar secara langsung karena rentetan penyakitnya bisa terbakar, hingga kanker.” tuturnya.
Fenomena ini dapat menjadi tantangan bagi manusia untuk mengelola lingkungan dan cuaca yang semakin ekstrem. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengurangi dampak negatif dari fenomena ini, seperti meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan memperkuat infrastruktur untuk mengatasi perubahan iklim. Selain itu, perlu juga dilakukan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan sebagai solusi jangka panjang untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem. (rbs)