Kanal24, Lumajang – Literasi finansial merupakan bekal penting dalam membentuk generasi yang cerdas secara ekonomi dan mampu mengelola sumber daya keuangan secara bijak. Sayangnya, kesadaran akan pentingnya literasi keuangan masih minim, terutama di daerah pedesaan. Banyak anak-anak belum memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta tidak terbiasa mencatat atau mengelola pengeluaran mereka sendiri. Kondisi ini menjadi perhatian serius, mengingat kebiasaan dalam mengelola uang sejak dini akan sangat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap keuangan di masa depan.
Berangkat dari urgensi tersebut, Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam Kelompok 66 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) menghadirkan program literasi keuangan bertajuk Wallet Wizard di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang (9/7/2025). Kegiatan edukatif ini menjadi bagian dari upaya nyata menanamkan nilai-nilai pengelolaan keuangan secara menyenangkan dan aplikatif kepada siswa sekolah dasar.
Program Wallet Wizard digagas oleh Liza Agustin, mahasiswi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB, dengan bimbingan dari Dosen Pendamping Lapang, Muhammad Fakhri, S.Po., M.P., Ph.D. Melalui kegiatan ini, mahasiswa mengajak siswa-siswi untuk memahami konsep dasar keuangan pribadi seperti mengenali jenis uang, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta belajar menabung dan mencatat pemasukan serta pengeluaran harian.

Belajar Finansial Sambil Bermain
Sebelum pelaksanaan program, tim mahasiswa melakukan survei awal dengan pendekatan informal kepada anak-anak yang mengikuti kegiatan les rutin di Perpustakaan Suka Baca Desa Gondoruso. Survei ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan mereka dalam mengelola uang jajan, seberapa sering mereka menabung, serta mengecek kemampuan dasar berhitung seperti penjumlahan dan pengurangan. Informasi ini digunakan untuk menyusun materi dan media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak.
Kegiatan Wallet Wizard pun digelar secara bertahap dan menyenangkan. Anak-anak disambut dengan presentasi interaktif seputar pengenalan uang, pentingnya menabung, dan kebiasaan mencatat pengeluaran. Dengan pendekatan yang komunikatif dan visual menarik, peserta tampak antusias mengikuti setiap sesi. Suasana belajar menjadi lebih seru ketika sesi kuis dan tanya jawab digelar untuk mengukur pemahaman anak-anak terhadap materi yang telah disampaikan.
Salah satu inovasi utama dari program ini adalah buku catatan keuangan Wallet Wizard. Buku ini dirancang khusus agar anak-anak dapat mencatat sendiri pemasukan dan pengeluaran mereka selama 10 hari. Mahasiswa turut memberikan panduan pengisian dan pemantauan rutin, guna membiasakan anak-anak tidak hanya memahami konsep keuangan secara teori, tetapi juga menerapkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Melalui program ini, kami ingin menanamkan kebiasaan baik dalam mengelola uang sejak usia dini secara menyenangkan dan aplikatif,” ujar Liza Agustin, penanggung jawab kegiatan literasi finansial ini. Ia menekankan bahwa pendekatan yang menyenangkan akan memudahkan anak-anak untuk menerima materi dan mengaplikasikannya tanpa merasa terbebani.
Literasi Finansial Membentuk Karakter
Program ini tidak hanya menjadi media edukasi, tetapi juga sarana pembentukan karakter anak-anak agar tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab secara finansial. Edukasi semacam ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat pedesaan, di mana pemahaman tentang manajemen keuangan keluarga masih terbatas. Literasi finansial di tingkat dasar menjadi pondasi penting untuk menciptakan masyarakat yang sadar akan pentingnya perencanaan keuangan.
Kegiatan Wallet Wizard juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 4 tentang Quality Education melalui literasi dasar yang berkualitas, poin 8 tentang Decent Work and Economic Growth melalui dorongan pada inklusi keuangan, serta poin 12 tentang Responsible Consumption and Production melalui kebiasaan konsumsi bijak dan terencana.
Program ini menjadi bukti bahwa edukasi finansial tidak harus dilakukan dengan cara rumit. Dengan desain pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter anak, materi keuangan bisa dipahami dan dipraktikkan secara menyenangkan. Mahasiswa MMD UB Kelompok 66 berharap kegiatan ini menjadi awal dari gerakan literasi keuangan yang lebih luas dan berkelanjutan, tidak hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi keluarga mereka.
Kegiatan ditutup dengan evaluasi terhadap penggunaan buku Wallet Wizard, serta refleksi sederhana mengenai apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkannya. Dengan dukungan dari masyarakat dan perpustakaan desa, mahasiswa berkomitmen untuk terus mendampingi anak-anak dalam perjalanan mereka menjadi generasi cerdas finansial.
Melalui langkah kecil yang berdampak besar ini, MMD UB menunjukkan bahwa membangun desa tidak hanya melalui infrastruktur fisik, tetapi juga lewat pembangunan kapasitas dan wawasan masyarakat. Wallet Wizard adalah bukti bahwa menabung memang bisa menjadi hal yang seru, sekaligus berguna.(Din)