KANAL24, Jakarta – World Bank menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam negara dengan tingkat masalah di bidang pendidikan yang cukup serius. Sebab sepertiga dari seluruh anak-anak di Indonesia di usia 10 tahun mengalami learning poverty, yaitu kondisi ketidakmampuan anak untuk membaca dan memahami cerita sederhana.
Global Director for Education World Bank, Jaime Saavedra, mengatakan meski relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang, kasus learning poverty ini harus menjadi perhatian semua pihak khususnya pemerintah Indonesia sendiri. Menurutnya munculnya kasus learning poverty ini berkaitan dengan tingkat GDP atau pendapatan sebuah negara. Semakin besar pendapatan sebuah negara, maka tingkat learning poverty semakin kecil seperti di negara Eropa dan untuk kawasan Asia di Singapura yang hanya 3 – 8 persen dari total jumlah anak berusia 10 tahun.
“Kalau kita lihat negara maju menghabiskan dana pendidika per anak pertahun rata-rata sekitar USD8.000 dolar. Tapi di Peru dan Indonesia hanya sekitar USD1.500 per anak per tahun,” kata Jaime dalam seminar The Promise of Education in Indonesia di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Dijelaskannya untuk negara dengan tingkat learning poverty terparah yaitu di Sub Sahara Africa yaitu sekitar 87 persen dari total anak-anak usia 10 tahun. Di Middle East and North Africa sebesar 63 persen. Sementara di South Asia 58 persen dan Eropa and Central Asia 13 persen.
Secara rata-rata jika dipilah berdasarkan tingkat pengeluaran perkapita untuk pendidikan sebuah negara, maka tingkat learning poverty bervariasi. Untuk negara dengan tingkat lower income (USD200) maka learning povertynya mencapai 90 persen, lower middle income (USD900) sebesar 55 persen, upper middle income (USD2.500) 29 persen dan negara dengan high income (USD8.000) 8 persen. Indonesia sendiri masuk dalam kategori upper middle income.
“Jika anda di negara kaya maka anda bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar dan menengah yang bagus tapi kalau kita di negara miskin kita tidak punya kesempatan itu. Maka ada hubungan antara pendapatan sebuah negara dengan tingkat pendidikan,” sambung Jaime.
Dijelaskan bahwa saat ini tren pendidikan di Indonesia mulai menujukkan perbaikan. Meski begitu tingkat kesenjangan hasil belajar juga menjadi persoalan baru yang juga wajib dituntaskan oleh pemerintah. Diakui Jaime bahwa untuk mengatasi seluruh problem pendidikan dan learning poverty tidak mudah. Selain pemerintah harus mendorong adanya peningkatan pendapatan perkapita per orang, juga perlu dukungan lain seperti dukungan politik. Pasalnya tanpa dua hal ini Indonesia akan sulit untuk menuntaskan segala persoalan di sektor pendidikan. Jika hal itu gagal, maka sektor-sektor lain akan terkena imbasnya juga seperti sektor ekonomi, sosial dan lainnya.
“Untuk mengatasi krisis ini setiap negara (termasuk Indonesia) harus ada slot pembiayaan dan komitmen politik. Kita butuh pembiayaan yang lebih, tapi kita juga perlu meningkatkan pembelajaran untuk pengembangan. Sehingga harus ada dukungan dan niat dari sisi politik,” pungkasnya. (sdk)