Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Puasa itu untuk meningkatkan kualitas diri, apakah sudah berhasil ?. Hampir sebulan puasa telah kita kerjakan. Mari kita nilai bagaimana dengan hasil dan dampak dari puasa kita. Apakah telah benar-benar memberikan dampak signifikan bagi diri kita ? Apakah puasa yang kita lakukan benar-benar telah berhasil meningkatkan kualitas diri kita. Yuuk kita evaluasi melalui lembar pertanyaan berikut.
Beberapa pertanyaan berikut mungkin akan memandu kita untuk mengevaluasi hasil dari puasa kita : Apakah puasa yang kita lakukan telah mampu menahan dan menekan hawa nafsu diri untuk tidak semakin liar dan tak terkendali ?. Apakah kita telah mampu menekan sifat amarah kita atas ketidaksesuaian realitas dengan maksud diri kita ?. Apakah kita telah benar-benar ikhlas menerima berbagai ketetapan Allah atas diri dengan berbagai ujian hidup yang menyertai keseharian kita ?. Apakah kita benar-benar telah bisa bersabar atas berbagai hal yang tidak sesuai dengan harapan ?. Apakah kita juga telah bertawakkal pada Allah atas berbagai realitas yang Allah ujikan kepada diri kita baik dalam masalah pembagian rezeqi, harta, keluarga, serta apakah juga telah bisa bersabar atas ujian dalam berhubungan dengan kerabat dan teman-teman kita ?.
Apakah pikiran kita selama berpuasa telah banyak ditujukan kepada Allah ?. Apakah perhatian kita lebih tertuju pada kepedulian atas agama Allah ?. Apakah mata kita benar-benar telah mampu kita butakan untuk tidak melihat kemaksiatan ?. Apakah telinga kita benar-benar telah kita tulikan untuk tidak mendengarkan kalimat sia-sia dan juga kita jaga untuk tidak mendengarkan dan menanggapi berbagai fitnah kebencian serta kalimat permusuhan ?. Apakah lisan kita telah benar-benar mampu kita bisukan untuk tidak mengungkapkan hal yang dapat menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain serta kita jaga untuk tidak menebarkan fitnah dan kebencian pada orang lain ?. Apakah tangan kita sudah telah benar-benar kita kerangkeng untuk lebih berhati-hati di dalam menuliskan pesan di media sosial agar tidak menimbulkan kegaduhan dan menebarkan fitnah kebohongan ?. Apakah kaki kita telah benar-benar kita lumpuhkan untuk tidak berjalan di atas atau menuju kemaksiatan ?. Apakah hati kita telah benar-benar kita jaga untuk tidak mudah hasud, iri dengki, dendam terhadap orang lain atas nikmat yang Allah bagikan pada mereka ?.
Jika ulat yang berpuasa mampu merubah dirinya secara total, berubah nama menjadi kupu-kupu, merubah cara jalannya yang awalnya berjalan merayap pelan, berubah menjadi terbang Indah melanglang udara dengan warna cantik yang enak dipandang mata, dari yang awalnya makan merusak berubah menyerbukan tetumbuhan untuk berkembang biak, ia memang sedang mencari makan, namun sekaligus menjejakkan kemanfaatan pada sesamanya di waktu bersamaan. Saat ini ulat telah berhasil bermetamorfosa menjadi bentuk lain yang benar-benar terlahir baru. Karena itu, jangan sampai ulat lebih cerdas daripada kita dalam menjalani puasanya saat menjadi kepompong. Wahai manusia, tidakkah kita lebih mulia daripada ulat ?.
Berapa tahun kita telah menjalani puasa, apakah telah mampu meningkatkan kualitas diri kita dari tahun ke tahun itu ?, apakah telah ada perubahan signifikan pada diri kita dalam setiap tahunnya ?. Apakah kita telah mampu menjadi pribadi baru (new born) pasca berpuasa sebulan ?. Apakah ulat telah lebih cerdas dari diri kita ?. Semoga tidak…(ams)
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang