Kanal24, Malang – Buku karya Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Brawijaya (UB), Yusli Effendi, S.IP, MA yang berjudul “Hubungan Internasional Indonesia” menjawab keresahan para dosen HI di Indonesia. Keresahan tersebut muncul karena para dosen HI merasa perlu untuk memunculkan sudut pandang yang khas, ada nuansa atau ada sudut pandang ke Indonesia di sudut HI. Hal ini lantaran sudah muncul wacana atau keresahan yang didominasi sudut pandang dari barat.
“Dalam perspektif dan teori bahkan membangun keilmuan internasional, dominasi itu terutama terlihat dari banyaknya jumlah jurnal dari barat yang menguasai diskursus atau wacana termasuk juga teori-teori yang dominan atau teori arus utama,” ujar Yusli Effendi saat ditemui Kanal24 di kantornya, Rabu (01/03/2023).
Menurut Yusli, buku ini merupakan akumulasi atau penampungan dari keresahan-keresahan akademisi HI Indonesia itu untuk memunculkan sudut pandang, perspektif, dan teori yang bisa melihat hubungan internasional yang dilakukan.
Selain itu, buku yang diterbitkan oleh Intrans Publishing ini merangkum banyak tema. Beberapa contoh di antaranya, buku ini menawarkan perspektif Jawa, perspektif dengan menggali nilai-nilai atau pemikiran lokal seperti Pancasila, atau ada juga bagaimana studi HI mengalami keterlambatan dalam perkembangan atau pengembangan keilmuannya karena masalah-masalah dikeluarkan Inggris, dan masih banyak lagi tema lain. Isi dari buku ini menawarkan konsep untuk memunculkan sudut pandang yang berprospektif lokal Indonesia.
“Tidak ada teori HI yang non barat,” ungkap Yusli.
Sebagai dosen sekaligus penulis, Yusli menyampaikan bahwa sejauh ini tidak ada teori HI yang non barat. Ia mencontohkan dengan bagaimana cara melihat perang, pola hubungan antar negara, hubungan ekonomi, dan lain sebagainya itu dilakukan dari perspektif barat.
“Contohnya ketika kita ngomong soal perdagangan bebas itu kan lahir dari pandangan orang barat untuk melihat bahwa perdamaian itu bisa dibangun lewat perdagangan yang dibebaskan dalam artian negara tidak mencampur tangankan, ini contoh dari perspektif ekonomi,” terang Yusli.
Selain dari sudut pandang seperti ekonomi, ada juga kebijakan-kebijakan subsidi kuliah jadi mahal, memberikan subsidi terlalu banyak pada petani itu salah satu bentuk dari kebijakan negara, menggagas teori-teori yang berbeda, dan masih banyak lagi yang dibahas dalam buku yang baru-baru ini dibedah langsung oleh Dosen Ilmu Hubungan Internasional UB, Muhammad Riza Hanafi secara hybrid di Gedung FISIP UB.
Hubungan Internasional Indonesia – Perspektif dan Pengembangannya karya Yusli Effendi (Sukana/Kanal24)
Yusli Effendi menyampaikan buku ini merupakan tulisan yang variatif. Ada yang menggali dari literature lokal sampai ke negara lain. Menurutnya, jika ingin mencari literatur lama, akar dari budaya Indonesia ini memiliki sistem dokumentasi yang tidak baik Banyak data lama bukan Indonesia yang merawat, tapi dirawat di Leiden, Belanda atau di negara barat seperti Perancis, Australia, atau Singapura.
“Ternyata negara-negara barat lebih pintar menyimpan dokumen lama. Itu contohnya banyak di Leiden tersimpan peninggalan Majapahit yang tidak semuanya sudah dikembalikan dan sebagainya termasuk yang tidak kita rawat dengan baik,” kata Yusli.
Itulah tema-tema luar biasa yang ada di dalam buku Hubungan Internasional Indonesia yang dapat dibaca selain kalangan Civitas Akademika HI UB ini juga dapat dibaca oleh kalangan umum yang ingin memahami Hubungan Internasional dari Perspektif Indonesia.
Jika ingin mendapatkan buku Hubungan Internasional Indonesia, Anda dapat membelinya secara online melalui berbagai macam platform yang ada atau bisa langsung menghubungi Intrans Publishing.(nid)