Kanal24, Malang – Pasangan calon nomor urut satu, M. Azhar Zidane (FISIP 2022) dan Kafitan Aidil F. S. (FAPET 2023), resmi memenangkan Pemilihan Umum Raya (Pemira) Universitas Brawijaya 2025 untuk menduduki posisi Presiden dan Wakil Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) UB 2026.
Berdasarkan hasil e-voting Rabu sore (19/11/2025), pasangan ini meraih 8.454 suara atau 52,20 persen. Mereka unggul atas pasangan nomor urut dua, Fitra Abdillah S. – Yusuf Hafidzun A., yang memperoleh 6.671 suara atau 41,19 persen. Dengan demikian, paslon 1 menang dengan selisih 1.783 suara. Adapun suara abstain tercatat sebanyak 1.070 suara (6,61 persen).
Ribuan mahasiswa UB sejak pagi menggunakan hak pilihnya disetiap fakultas. Pemungutan suara berlangsung hingga pukul empat sore. Panitia menyebutkan bahwa partisipasi tahun ini menunjukkan antusiasme tinggi, terutama setelah debat terbuka dua hari lalu yang menyedot perhatian mahasiswa.

Kemenangan Zidane–Kafitan menjadi penanda bahwa gagasan reformasi organisasi dan pendekatan ekonomi gerakan yang mereka tawarkan berhasil meyakinkan pemilih. Dalam debat terbuka di Samantha Krida pada Senin (17/11/2025), Zidane menjelaskan bahwa EM UB perlu membaca kebutuhan mahasiswa layaknya produsen membaca pasar gagasan.
“Kalau produsen mengikuti pasar, maka EM juga harus mengikuti kebutuhan mahasiswa,” ujarnya.
Pasangan ini membawa sejumlah program prioritas untuk bidang pengembangan, pergerakan, dan pelayanan mahasiswa. Salah satu fokus mereka ialah evaluasi kurikulum pembinaan organisasi di UB yang dinilai belum cukup adaptif menghadapi dinamika mahasiswa saat ini. Kafitan menegaskan perlunya kurikulum yang memberikan kapasitas kepemimpinan yang lebih kuat bagi lembaga mahasiswa.
“Kami ingin kurikulum pengembangan organisasi lebih adaptif,” katanya.
Selain itu, paslon 1 menawarkan program beasiswa bagi siswa berprestasi dari daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) yang memiliki potensi akademik tinggi. Program ini diharapkan meningkatkan akses pendidikan bagi calon mahasiswa yang selama ini terkendala fasilitas. “Semua orang berhak mendapat pendidikan, meski tidak semua punya fasilitas,” tutur Zidane.
Dalam bidang internal kelembagaan, Zidane–Kafitan menekankan pentingnya menjadikan EM sebagai ruang titik temu bagi seluruh lembaga mahasiswa UB. Menurut mereka, konsolidasi dan komunikasi antar lembaga harus diperbaiki sebelum EM membangun sinergi eksternal.
“Kalau lembaganya saja tidak ngobrol, bagaimana mau sinergis?” ujar Kafitan.
Mahasiswa kini menantikan langkah awal Zidane–Kafitan dalam merumuskan kabinet dan menjalankan agenda reformasi organisasi mahasiswa UB.(Din/Dpa)










