KANAL24, Jakarta – Institute Development Of Economics And Finance (INDEF) meminta Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 Days Reverse Repo Rate (7 DRRR ) dari posisi saat ini 6 persen, demi mendongkrak laju PDB di kuartal II mendatang.
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, jika merujuk pada rilis BPS kemarin, diketahui tingkat investasi yang masuk juga masih cukup rendah. Padahal investasi merupakan salah satu penopang utama laju PDB di Indonesia selain tingkat konsumsi masyarakat.
“Faktanya telah terjadi perlambatan pertumbuhan pembentuk modal tetap bruto pada kuartal I menjadi 5,03 persen dari 7,94 persen di tahun lalu,” ujar Bhima di Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Menurut Bhima, patut diakui bahwa para pelaku usaha tidak terpikat untuk berinvestasi pada kuartal I/2019 karena memang mereka memilih menunggu (wait and see) menjelang hasil pemilihan umum. Namun demikian, ongkos investasi yang masih mahal juga menjadi perhatian para investor setelah BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin sepanjang tahun lalu.
“Turunkan bunga acuan untuk stimulus sektor riil dan kurangi beban pengusaha,” tuturnya.
Selain itu, Bhima juga menyoroti pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 5,01 persen, atau hanya naik tipis dari tahun sebelumnya 4,94 persen. Padahal seharusnya tingkat konsumsi rumah tangga bisa di atas itu karena sudah ditopang melalui berbagai stimulus seperti dana bantuan sosial, dana desa serta dana pemerintah lainnya.
Ia pun menyebut, jika tak ada stimulus itu, diyakini konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,7 persen hingga 4,9 persen pada semester II mendatang. Kondisi ini sangat disayangkan, pasalnya konsumsi masyarakat merupakan kontributor terbesar PDB, di mana nilainya mencapai 56,82 persen pada kuartal I lalu.
“Kalau tidak diubah, hampir mustahil target ekonomi sebesar 5,3 persen akan tercapai. Ekspektasi pertumbuhan ekonomi hanya di 5 persen hingga 5,1 persen,” pungkasnya (sdk).