KANAL24, Malang – Di bulan April dan Mei tahun 2020, Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN) yang berada di La Trobe University, Melbourne, Australia, Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), dan Jurusan Pendidikan Bahasa Universitas Brawijaya melakukan survei online kepada guru-guru di wilayah Jawa Timur terkait pelaksanaan Belajar Jarak Jauh dan pengaruhnya terhadap siswa dengan disabilitas.
Survei yang menyasar guru-guru di lingkungan sekolah inklusi menghasilkan temuan di antaranya guru harus memanfaatkan teknologi sebagai sarana berkomunikasi dengan siswa dan keluarganya dan juga dalam mencari materi mengajar.
Hal ini mengakibatkan sulitnya pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang sebelumnya tidak dirancang untuk dilakukan secara jarak jauh. Perubahan pada penggunaan teknologi berakibat pada ketidakpastian tentang aksesibilitas alat dan sarana yang digunakan oleh tenaga pendidik. Banyak dari tenaga pendidik pada awal masa pembelajaran jarak jauh menggunakan platform aplikasi yang tidak sepenuhnya aksesibel dan memenuhi kebutuhan siswa dengan disabilitas.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, La Trobe University merancang program pelatihan yang diperuntukkan untuk tenaga pendidik dan penyandang disabilitas bekerja sama dengan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), dan Jurusan Pendidikan Bahasa Universitas Brawijaya yang didukung oleh Australia-Indonesia Institute (AII), Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia. Pelatihan ini dilakukan secara daring selama tujuh hari dari 13 hingga 29/4/2021.
Sebanyak 72 peserta terpilih berhak mengikuti pelatihan ini, 22 orang adalah penyandang disabilitas yang berprofesi baik sebagai tenaga pendidik maupun mahasiswa yang berminat dan memiliki pengalaman mengajar.
Pada pembukaan pelatihan, Selasa (13/4) kemarin, Dr Iwan Syahril selaku Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Pendidik, Kemendikbud menyampaikan bahwa program merdeka belajar adalah visi transformasi pendidikan Indonesia pada saat ini. Merdeka belajar bertujuan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Kata seluruh wajib digaris bawahi karena ini menyatakan tidak ada diskriminasi dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia termasuk juga bagi guru, tenaga pendidik maupun siswa dengan disabilitas,” ungkap Iwan.
Lanjutnya, ada 3 pilar dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini, pertama adalah anak-anak masuk ke dalam sekolah-sekolah untuk menjalani pendidikan. Kedua, mereka mendapatkan proses pendidikan yang berkualitas tinggi. Ketiga, dari penyelenggaraan pendidikan ini terjadi distribusi yang merata baik dari status ekonomi sosial maupun kondisi geografi.
“Komponen yang paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan ini adalah semua pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan harus bergotong royong. Semua pihak saling membuka ruang, tidak ada ruang eksklusif, semuanya terbuka untuk berkolaborasi asal tujuannya untuk mendorong pembelajaran yang lebih baik untuk murid-murid Indonesia. Gotong royong inilah yang kemudian menjadi roh dari merdeka belajar,” pungkasnya.(Meg)