KANAL24, Malang – Bagi anda pasien Covid-19 yang bergejala ringan maupun tanpa gejala dan sedang isolasi di rumah memahami protokol isolasi di rumah adalah hal wajib. Apalagi jika anda tinggal di rumah bersama keluarga, atau berada di kontrakan maupun rumah kos bersama teman-teman anda. Lantas, apa saja protokol isolasi mandiri di rumah itu ? Simak penjelasannya dari dr. Ayunda Dewi Jayanti Jilan Putri dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB).
Tips yang pertama adalah mempersiapkan support system, seperti keluarga, teman kos atau kontrakan, karena bukan hanya diri sendiri saja yang disiapkan tetapi juga orang-orang sekitar.
“Kalau di daerah khususnya Jawa, itu ada sistem RT, jadi RT, satgas tingkat kelurahan itu adalah sektor yang perlu untuk kita ajak bersama menanggulanginya. Karena ketika isoman otomatis tidak dapat keluar rumah, sedangkan kebutuhan seperti makan, bersih-bersih dibutuhkan support. Untuk bisa menjaga kestabilitas keamanan maka, support itu perlu ditingkatkan baik dari keluarga maupun dari tetangga,” ungkapnya, Jumat (9/7/2021).
Lebih lanjut, dokter asal Bumi Arema itu menuturkan, untuk saat ini klaster keluarga adalah yang paling krusial. Oleh karena itu, jika dalam satu keluarga ada yang positif Covid-19 maka anggota keluarga yang lain harus segera dilakukan tes swab. Misal anggota keluarga lain hasilnya negatif, maka harus dipisahkan antara yang sehat dengan yang sakit. Kriteria yang harus dipisahkan adalah kamar mandi, jalur keluar masuk, tempat makan, alat makan, termasuk juga cucian baju juga terpisah dari yang sehat. “Paling idealnya beda lantai, kalau rumahnya tidak dua lantai atau misal agak melebar, dibedakan jalur keluar masuknya yang sakit dan yang sehat,” imbuhnya.
Kedua, jangan panik. Untuk gejala ringan, tidak perlu selalu konsumsi antibiotik, steroid, atau obat-obatan yang belum terbukti kebenarannya. Oleh karena itu, ikuti petunjuk dokter, sehingga yang paling penting adalah setelah lapor RT, lapor juga ke puskesmas atau FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) seperi dokter keluarga. Lapor diperlukan, karena data ini dibutuhkan untuk surveilance. Ketika pasien bingung harus bagaimana, pasien bisa melakukan konsultasi melalui WhatsApp, SMS, ataupun telefon dengan dokter yang mengobservasi.
Ketiga, tetap melakukan observasi harian, dengan menggunakan termometer dan oxymeter. Apabila saturasi oksigen dibawah 94, ada beberapa gerakan tertentu yang dapat dilakukan untuk menambah kapasitas oksigen di dalam tubuh, yakni dengan melakukan teknik proning. Pertama menumpu pada perut atau tengkurap, kedua miring ke kanan, dan yang ketiga adalah bersender dengan ditumpuk 3 bantal.
“disini saya tekankan bahwa, beberapa cara tersebut bisa kita lakukan untuk meningkatkan kadar oksigen sehingga tidak perlu panik,” tegasnya.
Terakhir adalah tertib, tidak perlu terima tamu, tidak perlu pergi keluar. Jadi stay safe di rumah sampai 10 hari tanpa gejala, tapi jika ada gejala ditambah 3 hari bebas gejala.
Setelah isolasi mandiri selesai, yang harus dilakukan adalah kontrol ulang ke FKTP untuk mendapatkan surat selesai isolasi mandiri.
Dokter yang saat ini bertugas sebagai Satgas Covid-19 UB itupun mengatakan, selian sehat secara fisik, pasien Covid-19 juga harus sehat secara psikis. Ia menekankan pentingnya memiliki rasa ikhlas atas keadaan yang sedang terjadi menjadi kunci penting untuk mengatasi kecemasan, kepanikan, kesepian. Ikhlas menerima bahwa kondisi seperti ini tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri melainkan banyak orang yang sedang terkonfirmasi dan isoman.
“Jika sudah terlalu toxic dengan informasi yang beredar, lebih baik matikan sementara HP, bisa melakukan aktifitas favorit seperti main game, nonton film, baca buku atau mungkin suka beribadah, dan aktifitas lain seperti olahraga juga cukup penting. Kemudian, video call dengan keluarga ataupun teman, juga bisa membantu meningkatkan energi positif,” tandasnya. (Meg)