Kanal24, Malang – Departemen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Brawijaya (UB) menggelar prosesi Pengucapan Sumpah Ners di Gedung Samantha Krida pada Rabu (15/10/2025) sebagai penanda resmi untuk 130 mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dan siap terjun ke dunia kerja. Acara yang dihadiri oleh jajaran pimpinan fakultas, dosen, keluarga, serta perwakilan organisasi profesi tersebut berlangsung khidmat, menegaskan komitmen para lulusan untuk mengabdi di bidang pelayanan kesehatan dengan penuh tanggung jawab dan etika.
Komitmen Lahirkan Perawat Profesional
Dalam sambutannya, Dr. Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp., M.Kep., Wakil Dekan Bidang Akademik FIKES UB, menegaskan bahwa seluruh peserta sumpah ners tahun ini telah lulus uji kompetensi nasional dengan capaian 100 persen. Hasil tersebut menjadi bukti bahwa proses pendidikan di Departemen Keperawatan UB telah berjalan sesuai standar mutu nasional dan profesional.
Baca juga:
KAN Jabung Dorong Nilai Tambah Susu Lokal
“Alhamdulillah, 100 persen alumni kita lulus uji kompetensi. Setelah prosesi sumpah ini, mereka akan melanjutkan proses pendaftaran ke Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR). Itu menjadi syarat utama agar dapat bekerja secara legal, baik di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.
Kuswantoro menjelaskan, saat ini kebutuhan tenaga perawat di dunia sangat besar, terutama di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa. Kondisi ini membuka peluang luas bagi lulusan UB untuk berkarier secara global. “Kami sudah punya alumni yang bekerja di Jepang. Bahkan di sana, bukan karena pasiennya sedikit, tetapi memang kekurangan tenaga perawat. Begitu juga di Jerman dan Swedia,” tambahnya.
Ia juga berpesan agar para alumni terus menjaga hubungan dengan almamater dan berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. “Dunia keperawatan terus berubah. Ilmu dan teknologi berkembang cepat, maka setiap perawat harus selalu belajar dan beradaptasi. Kami berharap para alumni tetap memberikan masukan agar pendidikan di UB terus relevan dan berkualitas,” ujarnya.

Kualitas Akademik dan Peluang Global
Sementara itu, Prof. Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes., Guru Besar Ilmu Keperawatan UB sekaligus anggota Departemen Pendidikan dan Pelatihan DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), menilai bahwa keberhasilan 100 persen kelulusan uji kompetensi merupakan prestasi luar biasa. Hal itu menunjukkan bahwa sistem pendidikan di UB telah mencetak lulusan dengan kompetensi akademik dan profesional yang mumpuni.
“Lulusan periode ini luar biasa. Uji kompetensi 100 persen lulus menandakan mutu pendidikan yang baik. Proses belajar, motivasi, dan semangat mahasiswa sudah sangat baik,” tuturnya.
Menurutnya, peluang kerja bagi perawat Indonesia di luar negeri sangat terbuka, terutama di kawasan Eropa. “Tiga tahun ke depan, Austria saja membutuhkan sekitar 20 hingga 30 ribu perawat. Itu baru satu negara, belum termasuk Jerman dan Belanda. Kalau para lulusan mau berinovasi dan bekerja keras, peluangnya besar,” jelasnya.
Namun, Prof. Ahsan juga menyoroti tantangan di dalam negeri. Menurutnya, Indonesia, khususnya Jawa Timur, mengalami kelebihan tenaga perawat sekitar 4.000–5.000 orang per tahun. “Kondisi ini menuntut strategi karier yang lebih luas. Saya sarankan alumni UB mempertimbangkan peluang internasional. Mereka memiliki kualitas yang baik, hanya perlu memperkuat kemampuan bahasa dan pemahaman lintas budaya,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa kemampuan komunikasi dan pemahaman budaya pasien menjadi aspek penting dalam pelayanan keperawatan global. “Perawat bekerja dengan manusia, jadi bahasa dan budaya sangat menentukan kualitas layanan. Mahasiswa perlu dibekali transcultural learning agar mampu beradaptasi di lingkungan kerja internasional,” katanya.
Harapan dan Semangat Generasi Baru
Bagi para lulusan, momen sumpah ners bukan sekadar seremoni, tetapi juga tonggak awal untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh selama lima tahun masa studi. Salah satu lulusan, Sari Amalia Afifah, mengungkapkan rasa bangga dan harapannya untuk segera berkarier di bidang kesehatan.
“Hari ini sangat berkesan. Setelah ini, kami menunggu STR agar bisa segera bekerja. Dunia kesehatan membutuhkan praktik langsung, jadi kami ingin segera menerapkan ilmu yang telah kami pelajari,” ujarnya.
Sari juga mengaku tertarik untuk mencoba peluang kerja di luar negeri, sebagaimana disampaikan para dosen dan pembicara dalam acara tersebut. “Kesempatan bagi perawat Indonesia di luar negeri besar sekali. Saya ingin menjadi bagian dari tenaga kesehatan yang berkontribusi tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga membawa nama baik Indonesia di dunia internasional,” tuturnya.
Ia menambahkan, meski tantangan di dunia keperawatan cukup berat, terutama terkait persepsi masyarakat dan keterbatasan lapangan kerja dalam negeri, para lulusan tetap optimistis. “Kami belajar lima tahun penuh perjuangan. Harapan saya dan teman-teman, semoga bisa menjadi tenaga kesehatan yang profesional, berguna di mana pun kami berada, dan terus membawa semangat pelayanan kemanusiaan,” pungkasnya.
Meneguhkan Pengabdian Melalui Sumpah
Prosesi pengucapan sumpah ners ini menjadi simbol pengabdian dan tanggung jawab moral bagi setiap lulusan keperawatan UB. Di balik toga dan pin profesi yang disematkan, tersimpan tekad untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, baik di tingkat lokal maupun global.
Baca juga:
Inovasi Kolagen Ikan Antar Dosen FPIK UB Raih Penghargaan ASEAN
Departemen Keperawatan FIKES UB, melalui dukungan dosen, pimpinan fakultas, dan organisasi profesi seperti PPNI, berkomitmen untuk terus meningkatkan mutu pendidikan keperawatan. Dengan capaian kelulusan uji kompetensi 100 persen, UB kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu pusat unggulan dalam pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia.
Acara berakhir dengan suasana penuh haru saat para lulusan mengucapkan janji profesi di hadapan para dosen dan keluarga. Sumpah itu menjadi ikrar abadi: bahwa pengabdian seorang perawat bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan hati untuk menolong sesama dan menjaga martabat kemanusiaan. (nid/dpa)