KANAL24, Malang – Keamanan pangan Indonesia harus terjamin. Demikian yang diungkapkan oleh Eko Widodo, PhD, Ketua Pelaksana The 4th Animal Production International Seminar (APIS) 2019 yang resmi dimulai kemarin (24/10/2019) di Ijen Suites Resort & Convention Kota Malang. Acara ini berlangsung selama 4 hari mulai dari 24-27/10/2019.
Menurut Widodo, penguatan riset dan networking untuk produksi ternak berkelanjutan di era revolusi industry 4.0 sangat penting.
“Era ini ditandai diantaranya dengan gejala kepedulian konsumen akan produk pangan asal ternak yang sehat, input teknologi dalam pemeliharan ternak dan beberapa pekerjaan akan hilang karena teknologi. Penggunaan teknologi dalam bidang pakan, reproduksi, dll telah menuju era genomik, identifikasi di level gen yang akan berkorelasi dengan produksi dan produktivitas ternak,” papar Widodo.
Lebih lanjut, sistem komputer memungkinkan tracibility (pelacakan) dari mana daging atau produk ternak tersebut dihasilkan, sehingga jika ada masalah kontaminasi mikroba/penyakit segera bisa ditangani. Demikian pula, digital era juga harus dipertimbangkan untuk mendesain kurikulum sehingga alumni nanti mampu membuat aplikasi, memanfaatkan artificial intelligence untuk kepentingan manajemen produksi ternak, dan lainnya.
Seminar internasional ini merupakan acara 3 tahunan yang sudah diselenggarakan sejak 12 tahun lalu tepatnya pada tahun 2006. Menghadirkan 4 keynote speaker yang merupakan pakar dibidang peternakan, yakni keynote speaker dari Shinsu University Japan, Kasetsart University Thailand, IPB Indonesia, dan University of Copenhagen Denmark. Selain itu, juga ada beberapa invited speaker diantaranya dari Taiwan, Filipina, dan Malaysia.
“Di Amerika dan Kanada sudah berlaku karena disana farmnya besar-besar. Saat ini, kita belajar dari Thailand yang mana sistemnya sama dengan negara kita, negara ini sudah mulai tapi juga ada kesulitan di lapangan karena sistemnya tidak sama dengan Amerika. Di Amerika, produk langsung dilabel masuk supermarket. Kita tidak, di kita masuk pasar tradisional kemudian sudah loss informasinya. Sehingga nanti kita bisa beri masukan kepada pemerintah kedepan harusnya seperti apa untuk pangan kita ini,” pungkasnya. (meg)