Kanal24, Bandung— Meskipun kemajuan pendidikan global terus berlangsung, tantangan akses belajar masih menjadi perhatian serius. Laporan UNESCO Global Education Monitoring Report 2024 mencatat bahwa sebanyak 251 juta anak dan remaja di seluruh dunia masih tidak bersekolah. Fakta ini menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan solusi pendidikan yang inovatif dan inklusif sangat dibutuhkan.
Menanggapi hal tersebut, Solve Education!, organisasi nirlaba berbasis teknologi pendidikan, mencatat pencapaian signifikan sepanjang tahun 2024. Organisasi ini berhasil memberdayakan lebih dari 1,5 juta pelajar secara langsung dan menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat di berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Nigeria, dan Singapura.
Baca juga:
Disertasi Doktor FK UB Temukan Teripang Pasir Cegah Kanker Hati

“Pada tahun ini, bersama-sama, kita telah mencapai tonggak pencapaian baru: memberdayakan secara langsung lebih dari 1,5 juta pelajar dan memberikan dampak positif bagi lebih dari 4 juta individu di seluruh dunia,” ujar Janine Teo, CEO Solve Education!
Dengan pendekatan GAIN (Gamification, AI Coaching, Incentives, Network), Solve Education! menggabungkan kecerdasan buatan, permainan edukatif, insentif, dan jejaring komunitas. Melalui platform chatbot edbot.ai, siswa dapat belajar bahasa Inggris, matematika, dan literasi keuangan secara menyenangkan dan personal. Tahun lalu saja, tercatat lebih dari 30 juta sesi pembelajaran dan 700.000 jam belajar bermakna.
Salah satu cerita inspiratif datang dari Tania, pelajar dari Desa Kewar, Nusa Tenggara Timur, yang mampu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris secara mandiri meski terbatas akses internet. Kini, ia turut mengajar anak-anak di desanya sebagai Duta Solve Education!.
Solve Education! juga bekerja sama dengan Yayasan Allianz Peduli meluncurkan Ecopower, program literasi keuangan dan bisnis berkelanjutan bagi komunitas disabilitas di Bandung. Dengan mode aksesibilitas khusus, program ini memungkinkan para pelajar berkebutuhan khusus belajar secara inklusif dan setara.
“Kami di Allianz sangat antusias mendukung Program Ecopower karena ini sejalan dengan visi kami untuk menciptakan pendidikan yang inklusif,” ujar Ni Made Daryanti, Ketua Yayasan Allianz Peduli.
Tak hanya itu, dukungan juga datang dari Lenovo Foundation, yang sejak 2020 telah menjadi mitra utama Solve Education! dalam memperluas akses pendidikan digital di Asia Tenggara. Sejak Juli 2024, kolaborasi ini telah menjangkau lebih dari 305.000 pelajar, menghasilkan 2,2 juta sesi pembelajaran dan 49.000 jam belajar di Singapura, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
“Kami telah melihat langsung manfaat kolaborasi ini bagi para murid, dan kami sangat antusias untuk memperluas inisiatif ini ke lebih banyak negara di masa mendatang,” ujar Pratima Harite, Head of Corporate Citizenship Lenovo Asia Pacific.
Program-program kolaboratif lainnya mencakup Love Month of Service (LMoS) di Malaysia, yang menyasar 40 murid penyandang disabilitas melalui kegiatan Gamified English Scavenger Hunt, serta inisiatif Semarang yang menghadirkan edbot.ai kepada lebih dari 10.000 murid di 199 SMP dan 500 SD di Indonesia.
Selain itu, komunitas Solve My English (SME) yang didukung Solve Education! kini memiliki lebih dari 5.000 anggota aktif dari berbagai daerah, termasuk NTT dan Papua. Mereka secara rutin mengikuti sesi belajar daring, tantangan mingguan, dan mengorganisasi komunitas lokal. Semangat kontribusi sosial juga diwujudkan melalui Solve Impact Gifts (SIG)—produk-produk seperti notebook, tumbler, dan payung hasil karya anak-anak peserta program.
Baca juga:
BSS Dorong Guru Bangun Pembelajaran Holistik Dengan Metode “Deep Learning”
Ke depan, Solve Education! menetapkan fokus strategis pada tiga area utama:
- Literasi Kecerdasan Buatan (AI) – memperkenalkan pemahaman teknologi terkini ke pelajar sejak dini.
- Pendidikan Iklim – membangun kesadaran lingkungan dan solusi berkelanjutan.
- Keterampilan Masa Depan – melatih generasi muda dengan kompetensi abad 21, seperti komunikasi global, pemikiran kritis, dan kolaborasi digital.
Dengan dukungan lebih dari 3.000 mitra global, Solve Education! menargetkan menjangkau 10 juta penerima manfaat pada akhir 2025, sekaligus memperkuat perannya sebagai pelopor pendidikan berbasis teknologi yang inklusif dan berkelanjutan. (nid)