KANAL24, Jakarta – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang triwulan IV 2020 sebesar Rp214,7 triliun sehingga nilai realisasi investasi kumulatif dari Januari – Desember 2020 mencapai Rp826,3 triliun atau melampaui target yang ditetapkan. Nilai akumulasi ini setara dengan 101,1 persen dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp817,2 triliun di tahun 2020.
Kepala BKPM , Bahlil Lahadalia, mengatakan komposisi realisasi investasi pada triwulan IV 2020 yaitu Penanam Modal Asing (PMA) sebesar Rp111,1 triliun dan dari Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp103,6 triliun. Sementara secara kumulatif pada triwulan I – IV 2020 untuk PMA sebesar Rp412,8 triliun dan PMDN sebesar Rp413,5 triliun.
“Realisasi investasi triwulan IV 2020 itu Rp214,7 triliun, ini kalau dibandingkan dengan tahun lalu tidak lebih dari 3 persen (2,1 persen) dan dengan kemarin (triwulan III 2020) hanya lebih sedikit dari 3 persen (hanya 3,1 persen kenaikan),” ungkap Bahlil dalam konferensi pers virtual, Senin (25/1/2021).
Terkait dengan realisasi investasi oleh PMA dan PMDN , Bahlil menyatakan mulai terjadi keseimbangan baik di triwulan IV 2020 ataupun secara full year. Sementara realisasi investasi antara di Jawa dan di luar Jawa juga mulai terjadi titik keseimbangan baru. Secara rinci di luar Jawa justru tingkat realisasi investasinya lebih tinggi secara akumulatif ataupun triwulanan.
Tercatat realisasi investasi di luar Jawa pada triwulan IV 2020 sebesar Rp113,4 triliun atau 52,8 persen dari total realisasi. Sementara di Jawa sebesar Rp101,3 triliun atau setara 47,2 persen. Kemudian secara akumulasi realisasi di luar Jawa mencapai Rp417,5 triliun atau 50,5 persen dari total realisasi dan di Jawa sebesar Rp408,8 triliun atau setara 49,5 persen.
Hal ini, lanjut Bahlil, menandakan bahwa saat ini investor tidak lagi menjadikan Jawa sebagai satu – satunya tujuan utama investasi. Bahkan diyakini kedepan penyebaran realisasi investasi di luar Jawa khususnya di wilayah Timur Indonesia akan semakin meningkat. Penyebab utama salah satunya adalah semakin tersedianya jaringan infrastruktur di wilayah tersebut.
“Jadi dalam lima tahun terakhir kita katakan investasi kita mulai berimbang antara PMA dan PMDN. Beberapa parameter yang menunjukkan investasi itu berkualitas diantaranya adalah penyebaran investasi, lalu sektoral dan seberapa besar antara di luar Jawa dan Jawa,” pungkasnya.(sdk)