KANAL24, Jakarta – Rencana pembentukan holding perusahaan untuk pemberdayaan usaha ultra mikro (UMi) serta mikro, kecil, dan menengah (UMKM) disambut baik PT Pegadaian (Persero).
Pasalnya dengan pembentukan holding ini akan tercipta efisiensi biaya produksi. Nantinya perusahaan holding yang terbentuk dari PT Pegadaian (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat serta setiap perusahaan yang terlibat.
Direktur Utama PT Pegadaian (Persero), Kuswiyoto, menyatakan wacana holding itu dapat menghemat cost produksi. Sebagai contoh perseroan memiliki target untuk mengembangkan 2.000 outlet. Apabila hal itu dilakukan sendiri dirasakan akan berat karena beban ongkosnya besar. Namun dengan menggandeng unit usaha lain akan lebih ringan.
“Kami bisa hemat per outlet Rp200 juta, kalau 2.000 outlet berarti (hemat) Rp400 miliar per tahun. Belum nanti kami punya penaksir-penaksir yang ditempatkan di kantor BRI, maka pelayanan kami terhadap masyarakat di remote area khususnya akan tambah banyak,” ujar Kuswiyoto dalam keterangannya, Senin (8/2/2021).
Dia menyebut, saat ini mayoritas kantor atau unit kerja Pegadaian hanya terdapat di kota-kota besar dan kecamatan yang sudah lama berkembang. Kondisi ini membuat Pegadaian kesulitan menjangkau nasabah di daerah pelosok.
Melalui integrasi UMi dan UMKM , jangkauan kerja Pegadaian dipastikan meluas. Hal ini disebutnya akan membantu upaya pemerintah memberantas keberadaan rentenir di daerah. Penetrasi ini bisa dilakukan secara hemat, karena Pegadaian hanya perlu menempatkan satu orang pekerjanya di kantor-kantor BRI di pelosok.
“Dengan begitu jangkauan kami kepada masyarakat di bawah akan jauh lebih bagus, yang sebelumnya mereka pinjam ke rentenir kami upayakan mereka bisa beralih ke Pegadaian. Jadi sudah ada 75 outlet BRI sekarang piloting, kami tempatkan tenaga kami di sana,” sambungnya.(sdk)