Oleh : Annis Rahma K.W,Osa Dwi J
Mahasiswa Farmasi Universitas Brawijaya
Obat-obatan tidak dijadikan terapi lini pertama bagi sebagian masyarakat. Tak sedikit masyarakat dihebohkan dengan adanya efek samping obat bagi tubuh jika diminum dalam jangka panjang. Sebagai contoh obat antibiotik, Antibiotik jika diminum tidak sesuai dosis dan terlalu sering akan menyebabkan resistensi.
Apa itu resitensi? Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk beradaptasi terhadap paparan antibiotik. Dampak dari resistensi antibiotik adalah upaya pengobatan menjadi lebih sulit dan membutuhkan biaya kesehatan yang lebih tinggi. Hal tersebut tentunya memakan biaya yang lebih tinggi. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan tidak terkendali merupakan sebab utama penyebaran resistensi antibiotik secara global, sehinga terjadi bakteri yang multiresisten terhadap sekelompok antibiotik
Sekarang kita tidak perlu cemas lagi karena obat-obatan seperti antibiotik sudah beredar dibuat dalam bentuk herbal. Justru dengan adanya obat herbal masyarakat merasa lebih aman karena dapat mengurangi efek samping. Contohnya seperti daun kelor pastinya masyarakat sudah tidak asing lagi dan sering digunakan untuk memasak, ternyata memiliki manfaat sebagai penghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Ternyata, daun kelor memiliki kandungan senyawa antibakteri seperti saponin, triterpenoid, dan tannin yang bisa digunakan untuk menghambat bakteri, dengan mekanisme kerja merusak membran sel bakteri. Antibakteri adalah zat yang menekan pertumbuhan atau reproduksi bahkan membunuh bakteri (Fuglie, The Miracle of Tree (The Atribute of Moringa)).
Penyakit apa saja sih yang disebabkan oleh bakteri ? Ya, bisul adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Penyakit bisul pasti sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Selain bisul, penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri adalah Penyakit Infeksi saluran kemih yang merupakpan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli.
Ternyata pengolahan daun kelor tidak sembarangan loh, harus melewati serangkaian uji yang cukup kompleks. Ekstrak daun kelor yang telah melewati tahap pengolahan metode maserasi nantinya harus melewati beberapa pengujian salah satunya yaitu pengujian aktivitas antibakteri metode difusi agar dengan cara sumuran dan hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun kelor terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Zona bening pada metode difusi agar akan menjadi parameter kemampuan ekstrak daun kelor dalalm menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Semakin besar zona bening pada difusi agar maka semakin besar pula kemapuan ekstrak daun kelor untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Jika kita merasakan sakit tentu saja kita harus minum obat untuk meredakan sakit atau menyembuhkannya. Seperti halnya jika kita terkena bakteri kita harus meminum obat antibakteri, Namun jika obat yang dikonsumsi terus-menerus juga dapat menimbulkan dampak yang cukup berbahaya bagi kita lho meskipun obat tersebut diresepkan dari seorang dokter ahli.
Tepat Dosis
Penggunaan antibiotik yang terlalu sering atau tidak sesuai dosisnya dapat menyebabkan kuman mengalami resistensi atau kekebalan. Hal ini merupakan salah satu efek samping penggunaan obat antibiotik yang paling mengkhawatirkan. Ketika kuman yang menyebabkan infeksi sudah kebal terhadap antibiotik, maka penyakit infeksi bakteri akan susah disembuhkan. Karena kekebalannya, kuman juga berisiko tinggi menimbulkan infeksi berat, seperti sepsis.
Tentunya sangat mengerikan jika tubuh kita mengalami resitensi antibiotik. Jika kondisi tersebut terjadi, berarti mengonsumsi antibiotik dapat membuat bakteri resisten semakin kebal. Kebalnya bakteri resisten bukan hanya terjadi karena mengonsumsi antibiotik saja, tetapi juga dikarenakan menerima gen resistensi dari bakteri lain. Resistensi antibiotik juga dapat disebabkan karena pengidap tidak menuntaskan pengobatan yang seharusnya dalam meminum antibiotik harus habis walaupun infeksi yang diderita sudah mereda, dan juga karena fasilitas kesehatan tidak mengontrol penyebaran infeksi, kurangnya pengembangan jenis antibiotik baru, serta tidak mencegah atau mengontrol resistensi antibiotik dengan baik.
Selain itu, diharapkan masyarakat lebih bijak dalam mengkonsumsi obat dan daun kelor yang dapat digunakan sebagai terapi pengobatan jika dirasa obat antibiotik lebih riskan bagi tubuh. Sebaiknya perhatikan dan waspadai beberapa penyebab tersebut guna mencegah resistensi antibiotik, ya. Oleh karena itu, dibutuhkan agen antibiotik yang mungkin dan aman seperti daun kelor dalam pengobatan bisul atau Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.(*)