KANAL24, Malang – Ramadan memiliki lima inti ajaran yang disebut sebagai TITAH. Pernyataan ini disampaikan oleh drh. H. Syamsul Arifin, M. Ag dalam tausiyahnya pada Halal Bihalal Badan Usaha Akademik Universitas Brawijaya (BUA UB), Jumat (21/5/2021).
Pertama adalah tasrif yang berarti perubahan. Syamsul mengungkapkan, pasca menunaikan ibadah puasa, perubahan harus mampu melakukan perubahan karena sejatinya puasa itu adalah perubahan. Halal bihalal diawali denga berpuasa maka sesungguhnya dari puasa itu diharapkan ada perubahan, perubahan menuju tabiat dan kualitas yang lebih baik.
“Kegiatan Halal bihalal ini berisi saling memaafkan, kemudian yang kedua adalah momentum untuk saling memahami sehingga dalam pemahaman ini dapat meningkatkan etos kerja kita, baik dalam bekerja, beribadah kepada Allah, serta berinteraksi sosial antar sesama manusia sehingga ada yang perubahan,” terangnya.
Kedua, adalah insan. Insan dalam konteks puasa adalah menahan dari segala hal yang membatalkan puasa dan pahala puasa. Kalau manusia terdiri dari unsur akal, naluri, dan seterusnya maka sesungguhnya manusia itu dengan al insan mampu menahan nafsunya untuk diarahkan ke yang baik dan menempatkannya secara proporsional.
Ketiga, adalah taat. Membangun kesadaran bahwa manusia akan mati sehingga melakukan ketaatan atau amal soleh, terutama yang menjadi kewajiban dari Allah dan menghindari apa yang dilarang oleh Allah SWT.
Ia melanjutkan, jika pada bulan puasa ada zakat fitrah maka pasca ramadan, biasakan berbagi kepada sesama manusia.
“Yang kita sedekahkan atau sumbangkan termasuk rezeki di jalan Allah dan rezeki yang ada di jalan Allah adalah rezeki yang hakiki yang akan dikumpulkan di akhirat,” imbuh Syamsul.
Keempat, ada alamatun atau kalau dalam bahasa lain adalah indikator. Tujuan puasa adalah untuk mencapai derajat orang-orang yang bertakwa. Adapun yang disebut orang bertakwa adalah orang yang mau menginfakkan rezekinya baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan rezeki yang sedikit, serta yang menahan amarah dan memberikan maaf kepada sesama manusia.
Terakhir, hablum yang berarti hubungan atau jaringan. Hablum minallah dan hablum minannas.
“Barangkali ibadah dan puasa kita pada bulan Ramadan sudah diampuni oleh Allah, lantas bagaimana dengan dosa kita kepada sesama manusia? Maka disinilah kita dianjurkan untuk silaturahim, saling meminta maaf dan memberi maaf. Halal bihalal tradisi yang sangat bagus yang penting untuk dilestarikan,” tandasnya. (Meg)