KANAL24, Malang – Banyaknya masyarakat yang harus dirumahkan dan kehilangan pekerjaannya dikarenakan pemangkasan tenaga kerja selama pandemi menjadi persoalan yang harus segera dipecahkan. Solusi yang terpadu menjadi perhatian dari mahasiswa FTP UB dalam menghadapi kondisi ini.
Tim PKM PM FTP UB memecahkan permasalahan tersebut dengan membuat suatu program pemberdayaan masyarakat sebagai solusi peningkatan perekonomian. Ide cemerlang Tim PKM PM FTP UB yang terdiri dari Shauqi Abdai (FTP), Gendis Salsa (FTP), Fatimah Evitariany (FTP), Mimin Fitrianingsih (FTP), DAN Ogi Wellen (FP) yaitu membuat program pemberdayaan masyarakat di Desa Srimulyo, Kec Dampit, Kab Malang yang dilaksanakan pada Sabtu 17 Juni 2021 dengan mengambil masalah lingkungan yaitu pengolah limbah sabut kelapa menjadi COFEAT (cocofiber dan cocofeat). Program ini bekerja sama dengan ibu-ibu rumah tangga dalam pelaksanaanya, baik dalam pembuatan produk, pengemasan produk hingga pemasaran.
“Kami gandeng ibu-ibu rumah tangga disini untuk kerjasama untuk mengolah sabut kelapa menjadi lebih bernilai,” kata Shauqi, Kamis (19/08/2021).

COFEAT (Cocopeat dan Cocofiber) merupakan produk olahan limbah sabut kelapa yang sangat bermanfaat sebagai media tanaman terutama tanaman hias. Produk ini tidak berbau, ramah lingkungan, dan murah. Harga pasar produk COFEAT yaitu Cocopeat Rp 5000/kg dan Cocofiber Rp5000. Penjualan ada di bebrapa e-commerce terlihat pada gambar diatas.
Ide kreatif mahasiwa FTP ini mendapatkan dukungan penuh berupa pendanaan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan TInggi RI. Tak hanya pendanaan dari DIKTI namun, Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur juga dengan antusias mendukung program pemberdayaan masyarakat tersebut.
“Jawa timur memiliki sekitar 400.000 hektar kelapa dan masi belum termanfaatkan produksi sabut kelapanya. Program pemberdayaan masyarakat ini menjadi inovasi yang bisa menghasilkan nilai tambah dan kami sangat mengapreasiasi program ini dan program ini harus terus dikembangkan,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur.
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur mendorong agar program ini berkelanjutan dengan
memberikan alat dalam kapasitas produksi yang lebih banyak dan direncanakan pada tahun 2022 akan menghasilkan cocofeat dan cocofiber dalam jumlah yang lebih besar
“Jawa timur memiliki sekitar 400.000 hektar kelapa dan masi belum termanfaatkan produksi sabut kelapanya. Program pemberdayaan masyarakat ini menjadi inovasi yang bisa menghasilkan nilai tambah dan kami sangat mengapreasiasi program ini dan program ini harus terus dikembangkan” ujar Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur.
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur mendorong agar program ini berkelanjutan dengan memberikan alat dalam kapasitas produksi yang lebih banyak dan direncanakan pada tahun 2022 akan menghasilkan cocofeat dan cocofiber dalam jumlah yang lebih besar.(sdk)