KANAL24, Jakarta – Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan laju inflasi Indoensia tahun ini masih akan terkendali sekitar 1,7%. Poyeksi tersebut lebih rendah daripada proyeksi 2,4% yang dirilis ADB pada bulan April lalu.
ADB menyebutkan, penurunan laju inflasi sejalan dengan melambatnya pemulihan ekonomi Indonsia tahun ini menjadi 3,5% (yoy), lebih rendah dari perdiksi sebelumna 4,5% (yoy).
Seiring dengan prospek kenaikan pertumbuhan tahun depan, inflasi juga diperkirakan akan merangkak naik mendekati tingkat pra-pandemi sebesar 3,0%. Angka tersebut masih dalam rentang target inflasi Bank Indonesia sebesar 2%-3%.
“Defisit transaksi berjalan diproyeksikan akan sebesar 0,5% dari PDB pada 2021 dan 0,9% pada 2022,” kata Senior Country Economist ADB Henry Ma dalam acara secara virtual Asian Development Outlook 2021 Update, Rabu (22/9/2021).
Henry mengatakan semua proyeksi tersebut tak lepas dari adanya gelombang kedua Covid-19 yang membuat adanya restriksi ketat yang menekan laju pemulihan ekonomi. Namun, Henry menegaskan bahwa tak hanya Indonesia yang mengalami hal ini. Namun, juga negara-negara berkembang di Asia.
“Pemulihan ekonomi sebenarnya sudah terlihat, meski moderat. Namun, restriksi pada bulan Juli 2021 dan Agustus 2021 ini menekan progres pemulihan ekonomi tak hanya di Indonesia tetapi di negara-negara di Asia,” ujar Henry.
Henry menegaskan, selain gelombang kedua Covid-19, tantangan yang harus dihadapi oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, antara lain adanya varian baru Covid-19, progres vaksinasi, dan juga efektivitas vaksin yang digunakan.
Meski begitu, nampaknya Indonesia dan negara-negara di Asia sudah mulai berhasil bangkit dengan terlihat adanya perbaikan indikator pada akhir Agustus 2021 dan September 2021.
“Hanya tak boleh senang dulu, karena nampaknya ‘cuaca buruk’ masih menunggu di depan. Seperti, adanya potensi dari tensi geopolotik, disrupsi global supply chain , dan bahkan turbulensi di pasar keuangan akibat rencana pengetatan kebijakan moneter ( tapering off ) dari Amerika Serikat (AS),” ujar Henry.
Namun Henry optimistis negara-negara Asia tetap mampu melewati badai tersebut sehingga pertumbuhan ekonomi kawasan ini akan tetap meningkat.(sdk)