KANAL24, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebutkan, penutupan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) pada perdagangan di pengujung 2021 hari ini berada di level 6.581, sehingga return IHSG secara year-to-date mencapai 10 persen.
“Perdagangan saham di bursa pada 2021 ditutup hari ini, dengan indeks ditutup di level 6.581,48. Tahun ini BEI sempat capai rekor IHSG di level 6.723 dan return di BEI secara year-to-date sebesar 10 persen,” ujar Airlangga di BEI Jakarta usai menutup perdagangan Kamis (30/12/2021).
Pada tahun ini IHSG pernah mencapai rekor tertinggi di level 6.723 pada 22 November 2021, meski masih berada dalam situasi pandemi Covid-19. Saat ini nilai kapitalisasi pasar di BEI mencapai Rp8.277 triliun, padahal di akhir 2020 hanya senilai Rp6.970 triliun.
Hingga hari ini, lanjut Airlangga, terdapat 54 perusahaan tercatat yang melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dan mencatatkan sahamnya di BEI, sehingga jumlah Perusahaan Tercatat menjadi sebanyak 766 emiten.
Dia mengungkapkan, kinerja Self-Regulatory Organizations (SRO) pasar modal bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) cukup berhasil dalam melakukan market deepening. “Terlihat dari jumlah investor pasar modal yang mencapai 7,48 juta investor,” ucap Airlangga.
Total jumlah investor di pasar modal per 30 Desember 2021 meningkat hampir 100 persen menjadi 7,48 juta investor dari sebelumnya 3,88 juta investor per akhir Desember 2020. Airlangga mengatakan, pada tahun ini pertumbuhan jumlah investor pasar modal ditopang oleh peningkatan jumlah investor ritel.
Namun demikian, kata dia, pada tahun depan masih ada sejumlah tantangan yang berasal dari kondisi perekonomian global. “Terutama kenaikan harga energi, disrupsi supply chain, krisis proeperti di China, Evergrande yang efeknya bisa dirasakan di 2022,” ungkap Airlangga.
Selain itu, lanjut Airlangga, tantangan juga datang dari kondisi moneter di Amerika Serikat, terkait kebijakan tapering-off yang akan dilakukan oleh The Fed. “Tingkat bunga di Amerika juga menjadi tantangan, karena tingkat bunga AS lebih rendah dari inflasi. Ada juga tantangan yang kita lihat muncul varian Omicron,” ujarnya.(sdk)