KANAL24, Surabaya – Menutup tahun 2021, KONI Jawa Timur meluncurkan Institute of Sport Science (ISS). Lembaga yang akan dipimpin oleh Prof. Toho Cholik Mutohir ini merupakan pengembangan dari Badan Sport Science (BSS). ISS bakal menjadi tulang punggung Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda).
Selama ini BSS merupakan sesuatu yang positif keberadaannya. BSS telah dirasakan manfaatnya oleh pelatih maupun atlet. Mayoritas mereeka menginginkan BSS ini dikembangkan. Untuk memberikan layanan yang makin optimal dalam pembinaan olahraga di Jatim ke depan.
“Fungsinya diperluas. Lingkupnya lebih luas. Pendekatan ISS lebih holistik, serta memperhatikan prestasi dan kehidupan atlet. Sehingga fokusnya tidak hanya atlet saja, tapi juga interaksi antara pelatih dengan atlet,” jabar Prof. Toho dalam launching ISS di Kantor KONI Jawa Timur, Kamis (30/12/2021).
Maestro olahraga dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini menegaskan, ISS merupakan langkah maju dari KONI Jatim. Apalagi tidak banyak daerah yang sangat getol dengan sport science. Baru Jatim dan DKI Jakarta saja. Ini merupakan kans Jatim untuk menjadi produsen atlet yang tidak hanya berprestasi di kancah nasional saja, tapi juga internasional.
“ISS akan bersinergi dengan Badan Pelaksana Puslatda, Badan Diktar sebagai tiga pilar besar di Puslatda Jatim ke depan,” jelas mantan Direktur Badan Sains Olahraga (BSO) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tersebut.
ISS tak hanya diisi oleh pakar olahraga di Jatim saja, juga ada pakar olahraga dari Australia Barat yang selama ini menjadi sister city Provinsi Jatim. Prof. Toho secara khusus meminta Hallam Pereira dari Department of Sport and Recreation Australia Barat, untuk mengirimkan seorang ahli yang bisa fulltime di Jatim guna membantu Puslatda ke depan.
Sementara itu, Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung mengatakan bahwa target Jatim bukan sekadar PON saja. Melainkan memperbanyak kontribusi raihan medali oleh atlet Jatim di single event maupun multievent di level internasional. Baik itu SEA Games, Asian Games, maupun Olimpiade.
“Sebab, meski ada atlet Jatim yang berprestasi di PON, tapi jika melempem di internasional, artinya dia masih jago kandang. Ke depan tidak boleh seperti itu. Kenapa BSS dikembangkan menjadi ISS, itu karena point of view Jatim sudah internasional, bukan semata nasional,” jelas Erlangga.(sdk)