KANAL24, Malang – Bahasa Indonesia saat ini sudah berkembang dengan pesat. Tidak hanya dari segi internalnya saja, namun juga dari segi eksternal.
Apabila melihat dari KBBI daring yang ke-5, terdapat 115 ribu entry yang di dalamnya sudah terdapat 137 bahasa daerah. Kemudian juga terdapat 400 ribu istilah dalam berbagai bidang ilmu yang dilengkapi dengan adanya Tatanan Baku Bahas Indonesia (TBBI), alat evaluasi yang bernama UKBI Adaptif, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUBI).
“Itu semuanya sudah mapan di dalam bahasa indonesia. Jadi, tidak merupakan bahasa yang tidak berkembang begitu,” ungkap Nia Budiana, dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Brawijaya pada Kamis (14/4/2022).
Sedangkan untuk segi eksternal, bahasa Indonesia juga sudah mulai dikembangkan dalam ranah internasional. Seperti misalnya dengan melalui pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing atau yang biasa dikenal dengan BIPA.
Pandemi Covid-19 ternyata membawa berkah yang melimpah bagi perkembangan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan, selama pandemi Covid-19 tersebut, jumlah penutur bahasa Indonesia naik secara drastis.
Apabila dihitung, sudah ada sekitar 5,2 juta masyarakat Asean yang menuturkan bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia ini juga sudah tersebar di 47 negara dan terdapat 428 lembaga dari negara tersebut yang menyelenggarakan BIPA.
“Sangat naik sekali untuk proses pengembangan BIPA di ranah internasional. Jadi kalau kita berbicara BIPA, maka sangat potensial sekali harusnya untuk menjadi bahasa Asean nantinya,” jelas Nia.
Dalam sesi bincang-bincang di badan bahasa, Nia juga mengatakan bahwa Prof. Dr. Kamarudin dari Malaysia mengakui penggunaan aplikasi google translate untuk bahasa Indonesia jauh lebih banyak digunakan apabila dibandingkan dengan bahasa Melayu.
“Ini menunjukkan kekuatan sebuah bahasa, itu bahasa Indonesia sangat kuat sekali,” pungkasnya.(wen)