KANAL24, Malang – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau yang bisa disebut juga dengan Foot and Mouth Disease (FMD) merupakan penyakit yang menyerang hewan berkuku belah, termasuk diantaranya seperti sapi, rusa, kambing, domba maupun babi.
Penyakit ini menimbulkan kematian yang tinggi pada hewan muda. Pada pedet atau anak sapi, PMK menimbulkan kematian hingga mencapai 50%, sedangkan pada hewan dewasa ada yang mati tetapi hanya sekitar 5% dari total hewan yang sakit.
Selain itu, PMK juga dinilai menjadi penyakit yang sangat ekonomis karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini dilihat dari estimasi yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian yakni sekitar 9,9 T kerugian per tahun secara nasional. Perkiraan ini dibuat pada tahun 2017.
“Ini kalau terjadi wabah di Indonesia dan sayangnya sekarang sudah terjadi wabah,” kata Dosen FKH UB, Widi Nugroho Ph.D pada Senin (09/05/2022).
Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku ini juga dinilai sangat cepat sekali. Apabila hari ini sakit dan terinfeksi, maka besok hewan yang terinfeksi sudah dapat menimbulkan gejala. Padahal beberapa penyakit lainnya memiliki masa inkubasi sampai 2 minggu. Namun, PMK hanya membutuhkan waktu 2 hari saja untuk mendeteksi apakah hewan sudah terinfeksi atau belum.
“Dan dia bisa menulari dengan kecepatan seperti itu, kecepatan penularannya besar sekali. Ini cepat sekali,” ujar Widi.
Ada yang beberapa yang menghitung estimasi kemampuan penularan penyakit ini 1 hewan sakit dapat menginfeksi 15 hewan. Sedangkan lainnya mengatakan 1 hewan sakit dapat menginfeksi 7 ekor hewan. Meskipun memiliki perbedaan, seluruh estimasi tersebut hanya menunjukkan bahwa penyakit PMK memang sangat merugikan karena dapat menyebabkan penurunan produksi susu.
“Kita tahu Malang ini adalah produsen susu nasional. 25% produksi susu nasional ada di Malang atau 50% produksi susu di Jawa Timur ini ada di Malang. Sehingga dia sangat merugikan dalam konteks lokal Malang,” pungkas Widi.(wen)