Kanal24 – Pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia memegang Presidensi G20 pada tahun 2022 setelah G20 terbentuk sejak tahun 1999. Indonesia telah menjadi anggota sejak awal G20 dan menjadi satu-satunya Negara dari ASEAN yang tergabung untuk mewakili kelompok negara berkembang dan kawasan Asia Tenggara. Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D mengapresiasi Indonesia sebagai Presidensi G20.
“Posisi Indonesia ini untuk G20 itu memang bergilir ya. Biasanya ketika menjadi tuan rumah dan itu biasanya per tahun pergantian untuk menjadi presidensi itu. Nah, ketika menjadi presidensi itu berarti kita menjadi tuan rumah dan kita mengusung agenda-agenda dan tema-tema apa saja yang penting di dalam pembicaraan itu,” ujar Drs. Andy Fefta Wijaya.
Menurutnya, Indonesia memiliki peran strategis ketika Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia sebagai Presidensi G20. Posisi ini juga menjadikan Indonesia juga cukup penting untuk membantu menyelesaikan permasalahan dunia seperti perang Rusia-Ukraina.
Dengan tema “Recovery Together, Recovery Stronger” yang dipilih untuk Presidensi G20 2022, Indonesia mengajak seluruh dunia bersama-sama saling mendukung untuk pulih dan mewujudkan tata kelola ekonomi dunia yang tumbuh lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Sebagai tuan rumah, Indonesia juga mendapatkan kesempatan untuk turut serta dalam menentukan desain arah kebijakan pemulihan ekonomi global Presidensi G20, Indonesia 2022 akan membahas dua arus isu utama, yaitu Finance Track yang akan membahas isu ekonomi dan keuangan serta Sherpa Track yang akan membahas isu lebih luas seperti perubahan iklim, perdagangan, energi, geopolitik, dan isu penting lainnya.
“Jadi untuk krisis pangan dan energi memang harus ada komitmen ya dari seluruh negara bagaimana mengatasi krisis pangan dan energi ini. Untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan dunia tentunya kita harus menyelesaikan juga problem yang ada di dalam negeri kita, terutama krisis pangan dan krisis energi,” kata Drs. Andy Fefta.
Drs. Andy Fefta Wijaya mengatakan, selain memiliki komitmen bersama seluruh negara mengatasi krisis pangan dan energi, Indonesia juga harus mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang ada di dalam negeri. Sehingga, jika Indonesia memiliki model yang efektif dalam menangani kebijakan pangan dan energi di dalam negeri maka itu bisa dijadikan sebagai prototipe atau model penanggulangan di negara-negara lain yang bisa dikomparasikan dan dijadikan program unggulan.
“Kita harus menunjukkan kelebihan kita dalam mengatasi krisis pangan dan energi ini. Kalau misalkan kita masih bermasalah, ya berarti kita akan meminta bantuan dari negara-negara lain yang punya best practice menyelesaikan masalah itu, ditransfer ke negara-negara ini,” ujar Drs. Andy Fefta.
Posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 ini diharapkan seluruh negara yang berkumpul dalam forum dapat memecahkan solusi bagi berbagai tantangan yang dihadapi dunia melalui upaya dalam menghasilkan solusi nyata untuk mengatasi tantangan tersebut.