Kanal24, Malang – Dinginnya suhu daerah Malang semakin terasa ketika malam menjelang pagi. Guru besar geofisika dari FMIPA UB, Prof. Drs. Adi Susilo, M.Si., Ph.D. memaparkan bahwa fenomena ini adalah hal yang biasa, bukan krisis iklim ataupun perkara mistis.
Dinginnya hawa Malang dan sekitarnya disebabkan oleh sebuah fenomena yang disebut monsun dingin Australia. Australia berada di belahan bumi bagian selatan, yang mana di bulan Juli ini sedang mengalami puncak musim dingin. Akibatnya, massa udara dingin di atmosfer Australia yang padat kemudian mengalir ke daerah Indonesia bagian selatan. Inilah yang menjadi penyebab cuaca dingin di pagi hari terjadi di beberapa daerah selatan Pulau Jawa, pulau Bali, hingga Nusa Tenggara.
“Bulan Juli ini memang puncak-puncaknya musim dingin di Australia. Tapi menjelang Agustus-September diperkirakan dinginnya sudah mulai berkurang karena di daerah belahan bumi selatan, khususnya Australia itu sudah mulai menghangat. Nah gantian di bulan Agustus nanti puncak-puncaknya panas di Indonesia karena matahari ada di 23 derajat di arah selatan. Sekarang matahari masih ada di utara dan dalam pergerakan ke selatan, makanya beberapa wilayah Indonesia terasa sejuk,” terang Prof. Adi.
Di samping itu, Indonesia sedang mengalami musim kemarau di mana uap air di atmosfer rendah sehingga pantulan panas dari matahari langsung dilepaskan di atmosfer. Pada siang hari, panas matahari diserap oleh bumi. Kemudian, panas yang telah diserap bumi akan dikeluarkan kembali pada malam hari untuk menstabilkan suhu bumi. Namun, ketiadaan uap air yang menghalangi panas ini akan menyebabkan panas langsung dilepas ke atmosfer sehingga panas yang beredar di bumi hanya sedikit, menyebabkan suhu dingin.
“Sebetulnya yang membuat bumi panas adalah sinar matahari yang dipantulkan oleh bumi terperangkap di atmosfer yang diakibatkan menumpuknya uap air (awan) atau emisi gas yang dikenal sebagai global warming. Nah inilah yang membuat kita merasa gerah, sumpek, dan sebagainya,” terang Prof. Adi.
Prof. Adi menyatakan cuaca dingin menunjukkan bahwa iklim bumi akhir akhir ini sedang dalam keadaan baik. Panas matahari yang langsung dilepaskan ke atmosfer menandakan bahwa tidak ada tumpukan emisi di atmosfer yang menyebabkan panas terperangkap di bumi. Dinginnya kota Malang dan sekitarnya sepatutnya menjadi hal yang patut disyukuri di tengah-tengah krisis heatwave yang saat ini sedang melanda Eropa.
“Cuaca ekstrim itu terjadi kalau ada polusi ekstrim, asap (emisi gas rumah kaca) menumpuk di atas (atmosfer) sehingga panas dari bumi yang naik ke atmosfer dipantulkan kembali ke bumi. Kalau yang terjadi di Malang dan sekitarnya kan tidak begitu, panas naik dan langsung lepas tidak ada yang menghalangi dan tidak kembali ke bumi. Nah ini adalah fenomena di mana belahan bumi sini relatif bersih dari polusi,” imbuhnya.
Terkait tanggapannya tentang fenomena dinginnya Malang di malam hari, Prof. Adi mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengaitkan peristiwa ini dengan hal-hal mistis. Perubahan suhu yang terjadi akhir-akhir ini merupakan murni proses dari alam. Sehingga masyarakat tidak perlu terhasut dengan polemik yang tidak didasarkan pada fakta dan ilmu pengetahuan. Selain itu, Prof. Adi juga menyarankan masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan bergizi. (riz)
Baca juga: Prof Rudianto : Manusia Biang Kerok Antropogenik