Kanal24, Malang – FEB UB galakkan kerjasama internasional untuk menarik lebih banyak lulusan mahasiswa asing. Dekan FEB UB menyampaikan bahwa saat ini jumlah mahasiswa asing adalah 0,5% dari total keseluruhan mahasiswa aktif. FEB UB menargetkan tingkat mahasiswa asing ini naik menjadi 5% di tahun 2034 nanti.
“Kami mencatat ada 79 mahasiswa asing di kampus kami (FEB UB) dan ini dilakukan melalui program student exchange minimal selama satu semester dan double degree. Pelajar asing yang datang ke sini baru bisa dicatat sebagai mahasiswa kami apabila memiliki KTM UB. Profil lulusan mahasiswa asing kami berasal dari berbagai negara, seperti dari New Zealand kita punya 32, Belanda kami punya 18, Libya 14, Jepang 5, dan masih banyak lagi,” papar Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Abdul Ghofar, SE., M.Si., DBA., Ak kepada asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (Lamemba) saat visitasi ke FEB (3/8/2022) lalu.
PMIE (Program Magister Ilmu Ekonomi) milik FEB menjadi kontributor terbesar dalam hal double degree. Untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian ini secara luas, FEB UB sedang berfokus untuk menjalin kemitraan dengan 100 perguruan tinggi yang memperoleh predikat unggul berdasarkan QS World Ranking. Perguruan tinggi tersebut antara lain Monash University (rank. 58), University of Malaya (rank. 65), The University of Tokyo (rank.23), Macquarie University (rank. by subject 83 untuk accounting & finance), dan Universiti Teknologi Mara (rank. by subject 42 untuk tourism).
Untuk mendorong misi percepatan internasionalisasi, tahun ini FEB UB mengirim 27 dosen untuk melaksanakan tri dharma di perguruan tinggi mitra yang termasuk dalam QS 100 tersebut. Di samping itu, Dekan menyampaikan bahwa kampus betul-betul berkomitmen mendorong sitasi dan publikasi internasional dengan meningkatkan jumlah mahasiswa S2 dan S3 serta meningkatkan hibah dana penelitian hingga 100%. Kampus sadar bahwa mahasiswa S2 dan S3 menjadi kunci dari perkembangan riset dan publikasi secara internasional. Upaya ini kemudian disokong dengan naiknya dana penelitian dan pengabdian untuk tiga tahun terakhir dari 4 miliar rupiah menjadi 10,3 miliar rupiah. Subsidi inilah yang dimanfaatkan untuk mendukung penelitian dan pengabdian kolaboratif, yang dilaksanakan bersama perguruan tinggi QS 100 maupun QS non 100.
“Supaya perwujudan misi internasionalisasi dapat tercapai dengan baik, kami menyediakan fasilitas khusus yang sinkron, yaitu IRO (International Relation Office). Dulu kami tidak punya IRO, sehingga harus mengikuti fasilitas universitas yang namanya IO (International Office). Nah, karena kami ingin fokus internasionalisasi, maka kami susun secara khusus organisasi yang mengurusi hubungan internasional dan mahasiswa asing,” tambahnya.
Dekan FEB UB berharap strategi pencapaian visi dan misi dapat berlangsung secara berkelanjutan, bahkan hingga sepuluh tahun ke depan agar target-target ideal dalam pelaksanaan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat tercapai secara optimal. (riz)