Kanal24 – Seluruh menteri energi negara anggota G20 telah menyepakati Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (Compact).
Bali Compact atau Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions mencakup sejumlah prinsip yang dapat menjadi acuan bagi negara-negara untuk mencapai transisi energi dari bahan bakar fosil (brown energy) ke energi baru dan terbarukan (green energy).
Tidak hanya itu, Bali Compact juga memuat pendekatan komprehensif demi terwujudnya dunia tanpa emisi (zero emission) yang merupakan tujuan bersama negara-negara dunia.
“Kami sangat senang karena inisiatif kami, yakni Bali Compact disetujui oleh semua negara anggota G20. Itu berarti Bali sekali lagi akan diakui sebagai pulau yang memproduksi hal yang bermanfaat bagi masyarakat dunia,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada press statement usai menutup agenda Energy Transitions Ministerial Meeting (ETMM) Presidensi G20 Indonesia di Nusa Dua Bali (2/9/2022).
Pertemuan tingkat menteri bidang transisi energi (ETMM) G20 menemui kegagalan dalam mencapai konsensus sehingga tidak dapat menghasilkan communique — kesepakatan bersama terkait isu-isu yang dibahas dalam pertemuan – akibat perbedaan pandangan beberapa negara.
Namun Arifin, yang juga memimpin pertemuan tersebut, mengatakan bahwa negara- negara produsen dan konsumen energi utama dunia semuanya menekankan pentingnya peningkatan investasi dan akses terhadap pembiayaan untuk energi bersih, serta inovasi di bidang teknologi demi terwujudnya transisi energi yang ramah lingkungan, berkelanjutan, adil, inklusif, dan terjangkau, khususnya bagi negara-negara berkembang.
“Karena ada perbedaan pandangan beberapa negara, oleh karena itu, output pertemuan berupa rangkuman pimpinan (chair’s summary) yang berisi seluruh isi pembahasan dan perdebatan selama sesi intervensi dalam pertemuan,” kata Arifin.
Indonesia juga telah mengajukan inisiatif berupa peta jalan transisi energi (Bali transition roadmap) untuk memastikan keberlangsungan program transisi menuju energi baru dan terbarukan.
“Roadmap Presidensi G20 ini menetapkan aksi multi-years sukarela untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) dan meletakkan jalur menuju net zero emission (NZE) atau karbon netral sesuai dengan kondisi nasional,” ujarnya.
Roadmap ini menyediakan kerangka kerja untuk mempercepat transisi energi melalui tiga prioritas utama, yaitu pengamanan aksesibilitas energi, peningkatan teknologi energi pintar dan bersih, serta memajukan pembiayaan energi bersih.
“Tindakan-tindakan yang dilakukan pada ketiga prioritas ini merupakan dasar untuk bekerja menuju rencana aksi G20 yang lebih luas, untuk mempercepat transisi energi yang bersih, berkelanjutan, adil, terjangkau, dan dapat dipertimbangkan sebagai program kerja Presidensi G20 berikutnya,” tutur Arifin.
Selanjutnya, Bali Compact akan kembali dibahas oleh para pemimpin negara-negara G20 pada konferensi tingkat tinggi (KTT) atau G20 Leader’s Summit pada 15– 16 November 2022 di Nusa Dua, Bali.
Pertemuan tingkat menteri G20 untuk transisi energi yang berlangsung di Nusa Dua, Bali (2/9/2022), dihadiri setidaknya oleh 19 menteri dan wakil menteri dari negara anggota G20, serta enam menteri dan wakil menteri negara non-anggota G20.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh perwakilan dari 11 organisasi internasional, di antaranya Bank Dunia, UNIDO, UN ESCAP, UNDP, OECD, OPEC, IRENA, IEA, SEforAll, ERIA, dan IEF.