Setiap manusia pasti memiliki insting untuk terus bertahan hidup. Apapun yang bisa dilakukan untuk membuat manusia bisa tinggal selama mungkin di dunia adalah wacana yang tidak asing lagi untuk kita dengar. Namun, sadarkah kita bahwa sesungguhnya pertanianlah yang memiliki peran penting untuk mewujudkan hal itu? Disadari ataupun tidak, pertanian juga berkembang seiring dengan bertambahnya populasi manusia di muka bumi. Apabila di masa depan populasi manusia semakin meningkat, kebutuhan atas bahan pangan juga semakin meningkat. Namun, saat ini manusia kerap kali melakukan eksploitasi terhadap lingkungan demi keuntungan pribadi tanpa memikirkan efek jangka panjang terhadap keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Ditulis oleh empat ahli dari berbagai bidang yang saling beririsan, buku ini memaparkan perihal pentingnya memikirkan solusi terhadap permasalahan kelangkaan sumber daya dan kesenjangan ekonomi yang terjadi saat ini.
Suistainable Livelihood Approach (SLA) merupakan inti pembahasan dari buku ini. Dijelaskan bahwa secara konsep, SLA bukanlah hal yang baru, melainkan telah ada sejak awal 1990-an. Suistainable livelihood adalah sebuah gugatan sekaligus solusi alternatif terhadap cara pandang, strategi, pendekatan, dan teknik yang telah mapan dalam pembangunan masyarakat pedesaan dan kelompok miskin.
“Penghidupan dikatakan berkelanjutan jika mampu mengatasi dan mempu memulihkan diri dari kondisi kerentanan, yakni dari tekanan dan guncangan. Selain itu, mampu mempertahankan atau meningkatkan kemampuan dan aset baik yang ada sekarang dan di masa depan. Dan tentunya tidak merusak basis sumber daya alam, yang dengan demikian dapat memberikan kontribusi lingkungan yang bersih untuk kehidupan lain di tingkat lokal dan global dan dalam jangka pendek dan jangka panjang.” (Parmawati, dkk., 2021, hlm. 43).
Secara lebih jelas, buku ini juga memberi ukuran tentang penghidupan dikatakan berkelanjutan menurut pendekatan suistainable livelihoods jika mampu menghadapi kejadian yang mengejutkan dan tekanan-tekanan dari luar secara luwes; tidak bergantung pada bantuan dari luar (jika bergantung, secara ekonomis dan kelembagaan harus sustainable); mampu mempertahankan produktivitas jangka panjang SDA; tidak merugikan penghidupan orang lain; mampu membedakan aspek-aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan institusional dari sistem yang sustainable. Di bagian akhir, buku ini memaparkan mengenai cara penggunaan aplikasi SLA yang berbasis Microsoft Excel.
Buku ini hanya memiliki 170 halaman, tetapi mampu memberi penjelasan yang cukup dalam tentang konsep dari SLA . Pembagian sub-sub bagian juga turut memudahkan pembaca. Namun, bagi yang tidak terbiasa bersentuhan dengan dunia pertanian, beberapa teori serta gambar berupa grafik ataupun kerangka mungkin akan membutuhkan fokus dan perhatian yang lebih agar dapat dipahami.
Tidak hanya bagi praktisi, buku ini sebenarnya menarik untuk dibaca oleh semua orang. Meski di dalamnya terdapat penggunaan kosa kata yang kurang familiar bagi masyarakat umum, buku ini menyediakan bagian glosarium di bagian akhir untuk memudahkan pembaca. Di luar teknis penggunaan SLA itu sendiri, buku ini akan membawa kesadaran bahwa kemampuan kita untuk terus bertahan sangat dipengaruhi oleh perilaku kita terhadap lingkungan sebagai penyedia sumber daya.