Kanal24 – Pandemi COVID-19 telah berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, hidup berdampingan dengan alam secara berkelanjutan setelah pandemi menjadi penting untuk diwujudkan.
“Berbicara tentang kehidupan pascapandemi kita juga harus memikirkan cara untuk mewujudkan kehidupan berkelanjutan sehingga anak-anak kita di masa depan masih tetap bisa hidup berdampingan dengan alam,” tutur Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi pada pertemuan pertama G20 tentang pendidikan dan kebudayaan.
Melalui rangkaian kegiatan G20 di bidang budaya, Indonesia ingin mengajak negara-negara dan masyarakat global untuk mewujudkan pola hidup berkelanjutan dengan kembali ke akar budayanya.
Itulah mengapa pertemuan menteri G20 bidang kebudayaan (G20 Culture Ministers Meeting/CMM) sangatlah penting. G20 CMM merupakan puncak penyelenggaraan acara G20 di bidang kebudayaan yang mengusung tema “Budaya untuk Hidup Berkelanjutan” (13/9/2022).
Dua topik utama yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek RI pada acara G20 CMM tersebut ialah bagaimana memobilisasi sumber daya budaya untuk mengintegrasikan upaya pemulihan berkelanjutan dan membangun mekanisme pendanaan global untuk seni dan budaya dunia yang terkena dampak pandemi.
Upaya Pemulihan Berkelanjutan
Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI mengungkapkan, Indonesia ingin mengajak semua negara dan masyarakat global untuk memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di sekitar mereka guna mendukung upaya pemulihan global yang berkelanjutan.
Sementara G20 sendiri merupakan platform global yang terutama membahas tata kelola ekonomi dunia, CMM G20 memiliki peran penting dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi melalui pemanfaatan budaya.
Badan Pangan Dunia (FAO) sudah banyak mewanti-wanti tentang potensi rawan pangan, sehingga masyarakat global harus menggunakan sumber daya dan kearifan lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan. Menurut Hilmar, peran budaya sangat penting dalam mendorong pemulihan dan membangun kehidupan yang berkelanjutan.
“Kalau kita berbicara tentang solusi untuk pemulihan dan kehidupan berkelanjutan, upayanya sebenarnya dimulai dari hal yang sangat individual … terkait dengan perilaku individu-individu dalam masyarakat,” ucap Hilmar.
Oleh karena itu, menurutnya, sangat penting untuk menjangkau masyarakat dan membentuk perilaku serta kebiasaan mereka menuju praktik hidup yang berkelanjutan. Perilaku dan kearifan lokal harus dimanfaatkan untuk mendukung pemulihan dan upaya hidup berkelanjutan serta memperkuat praktik hidup berkelanjutan ini menjadi budaya masyarakat yang hidup.
Untuk itu, melalui G20 CMM, Indonesia mengajak negara-negara G20 lainnya untuk bekerja sama memulihkan sektor budaya yang terkena dampak pandemi. Selain itu, pertemuan tersebut menjadi dasar bagi upaya bersama untuk pemulihan dan pembangunan berkelanjutan.
Mekanisme Pendanaan Global
Indonesia tidak ingin upaya penggunaan sumber daya kebudayaan untuk pemulihan itu hanya sebatas wacana. Untuk itu, dalam G20 CMM, melalui Kemendikbudristek RI, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mempercepat pemulihan sektor seni dan kebudayaan dengan mendorong pembentukan Dana Global untuk Pemulihan Seni dan Budaya Global (Global Arts and Culture Recovery Fund/GACRF).
Komitmen ini berhasil dituangkan ke dalam ringkasan pimpinan sidang (G20 CMM) dan inisiatif Indonesia dalam GACRF..
Mendikbudristek Nadiem Makarim menyampaikan bahwa, melalui pembentukan pendanaan itu, Indonesia mendorong kerja sama global dalam revitalisasi sektor ekonomi kebudayaan, sehingga para seniman dan pelaku budaya bisa kembali berkarya, museum dan pusat-pusat budaya juga bisa kembali beraktivitas.
Kemendikbudristek RI sebelumnya telah mengumpulkan masukan dari negara anggota G20, negara undangan khusus, dan organisasi internasional terhadap dokumen inisiatif GACRF yang diusung Indonesia. Namun sejumlah negara masih dirasa belum satu suara.
Untuk itu, pemerintah Indonesia dalam G20 CMM mendorong pembahasan lebih lanjut tentang GACRF sebagai platform gotong royong global dalam revitalisasi sektor kebudayaan.
Dana global itu rencananya akan dikelola melalui koordinasi dengan UNESCO — organisasi PBB yang memiliki metode dan mekanisme untuk mengelola dana pelestarian budaya..
Kemendikbudristek pun berharap setiap diskusi, praktik baik, dan inisiatif bidang Kebudayaan G20 pada tahun ini, termasuk GACRF, akan dilanjutkan pada presidensi tahun depan oleh India sebagai tuan rumah G20.
Selanjutnya, Indonesia akan menindaklanjuti capaian hasil kerja G20 CMM ke forum yang lebih tinggi, yakni ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang diselenggarakan pada November 2022 dan juga ke World Conference on Cultural Policies atau MONDIACULT yang diselenggarakan UNESCO di Meksiko pada akhir September 2022.
Kedua forum tersebut akan menjadi platform untuk memperkuat kerjasama global bersama dalam memulihkan kebudayaan global.
“Bersama kita pulihkan budaya, pulihkan kemanusiaan,” kata Mendikbudristek RI, Nadiem Makarim.