Kanal24, Malang – Dampak kenaikan BBM berimbas pada berbagai sektor tanpa terkecuali bagi nelayan. Pemerintah melalui Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, meminta stok bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk nelayan terjamin aman sehingga aktivitas melaut tidak terganggu. Meski di lapangan ditemukan beberapa SPBN tidak beroperasi sedangkan kuota BBM bersubsidinya terbatas.
Menanggapi hal tersebut, dosen Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) Dr. Ir. Fuad, S.Pi., MT. adanya dua dampak yang dirasakan oleh nelayan yaitu dampak dari kenaikan harga, dan dampak dari ketersediaan stok BBM.
“Biasanya dampak dari ketersediaan ini tidak dirasakan oleh masyarakat, tetapi sangat terasa dampaknya pada nelayan,” ungkapnya saat ditemui Kanal24 di ruang kerjanya (11/9/2022).
Fuad menjelaskan, stok bahan bakar yang tersedia di nelayan relatif sedikit. Pada hari biasa sebelum terjadi kenaikan harga BBM saja biasanya ketersediaan solar di nelayan masih di bawah kebutuhan. Bahan bakar yang dibutuhkan nelayan biasanya sekitar 4000 liter, tetapi yang tersedia hanya sekitar 2500 liter. Akibatnya para nelayan harus berebut mengantre BBM. Meskipun tidak ada kenaikan harga, biasanya nelayan tetap mengantre.
“Kebutuhan nelayan terhadap BBM menyentuh angka yang cukup tinggi. Contohnya pada kapal yang melaut selama 6 hari biasanya membawa sekitar 10 jerigen, 1 jerigen mampu menampung sebanyak 15 liter, berarti total 150 liter BBM yang diperlukan. Untuk nelayan yang menggunakan kapal besar biasanya menghabiskan sekitar 200 liter untuk perjalanan selama 24 jam dengan mesin bertenaga PS 190,” Fuad menjelaskan.
Dengan adanya kenaikan harga BBM, stok yang tersedia menjadi semakin terbatas. Stok yang terbatas ini bukan karena adanya pengurangan, tetapi biasanya ketersediaan stok selalu berkurang pada saat terjadi kenaikan harga BBM. Selain itu, pada awal kenaikan harga BBM biasanya terjadi fenomena panic buying pada masyarakat, hal ini mengakibatkan kelangkaan BBM. Pada saat terjadi kelangkaan inilah biasanya nelayan tidak bisa melaut selama kurang lebih satu minggu.
Untuk menghemat bahan bakar, nelayan biasanya memiliki alat bantu penangkapan. Untuk kapal yang berlayar pada siang hari biasanya menggunakan rumpon. Dengan menggunakan rumpon, ikan dikumpulkan terlebih dahulu selama beberapa hari. Setelah ikan-ikan terkumpul, barulah rumpon tersebut diangkat. Untuk kapal yang berlayar pada malam hari, biasanya menggunakan lampu untuk menarik perhatian ikan-ikan. Dengan menggunakan alat-alat bantu penangkapan ini, nelayan mampu menghemat bahan bakar dan bekerja secara lebih efektif dan efisien. (azk)