Kanal24, Malang – Rezza Bagas Styo Anggoro menjadi salah satu sosok generasi muda yang harus diacungi jempol. Sebagai generasi muda, ia berani memilih menjadi pelestari budaya. Sosok Rezza Bagas Styo Anggoro semakin serius berkecimpung menjadi dalang di usianya yang masih terbilang muda, yaitu 22 tahun.
Berawal dari kecintaannya terhadap kesenian pewayangan serta lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang juga menggeluti seni dan budaya, Rezza Bagas Styo Anggoro mulai mempelajari pedalangan sejak kecil.
Menurut Rezza, pedalangan merupakan kesenian jawa yang paling kompleks. Ada seni rupa, seni ukir, seni pahat, seni teater, seni drama, seni suara, seni musik, seni peraga, dan sebagai pedalang juga dituntut menjadi manajemen panggung. Pedalang dituntut untuk bisa memanajemen personalia, crew, waktu, keuangan, dan lain sebagainya.
“Maka dari itu, saya ambil kesimpulan dalam dunia pedalangan itu adalah di sana kami belajar mengenai kehidupan yang sesungguhnya karena orang dalam dunia pedalangan sangat kompleks sekali,” terang Rezza.
Selain alasan menjadi pelestari dan pengembang kebudayaan pewayangan, Rezza mengungkapkan ada banyak pelajaran kehidupan di dunia pedalangan yang menginspirasinya menjadi dalang muda kota Malang.
“Pertama kali tampil itu usia 10 tahun, kelas 4 SD di Senaputra, itu rasanya sangat deg-degan karena saya masih baru, benar-benar baru belajar kemudian sudah ditugasi untuk menampilkan pagelaran wayang bersama rekan saya, yaitu 3 dalang cilik,” ujar Rezza.
Sejak saat itu, Rezza Bagas Styo Anggoro semakin dilirik sebagai dalang hingga sekarang. Rezza mengatakan bahwa setiap penampilan yang telah dia lakukan mengesankan karena ia dan tim menampilkan gebrakan-gebrakan baru. Sejauh ini, Rezza telah tampil di berbagai kegiatan atau acara yang ada di Malang Raya. Beberapa di antaranya, Rezza pernah tampil di Universitas Islam Malang, Gedung Kesenian Gajayana, Gedung Dewan Kesenian Malang, dan lain sebagainya yang mengundang Rezza dan tim untuk tampil di aneka ragam acara yang digelar pemerintah Malang maupun warga kota Malang.
Rezza menjelaskan bahwa cerita yang diangkat dalam pagelaran wayang ini diambil dari beberapa episode dari patokan kitab pedalangan, seperti kitab Mahabharata, kitab Ramayana, dan kitab-kitab lain dari pujangga-pujangga Jawa.
“Misalkan dalam episode Mahabharata, kita ambil judulnya lahirnya Pandowo. Kita tampilkan dalam satu malam hanya 1 episode itu,” kata Rezza.
Selain itu, bahasa yang digunakan dalam pagelaran wayang tidak hanya bahasa halus, tapi juga bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa. Bahasa yang digunakan tidak harus Kromo Inggil, tapi bahasa yang digunakan juga bisa bahasa Jawa Ngoko., dan lain sebagainya.
Bagi masyarakat Malang Raya yang ingin mengadakan acara pagelaran wayang dan membutuhkan Dalang Muda Kota Malang dapat menghubungi Rezza Bagas Styo Anggoro melalui instagra kritik saranm @rezza_bagas untuk memberikan penampilannya yang luar biasa sebagai dalang.
“Negara yang besar adalah negara yang melestarikan kebudayaan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang cinta akan kebudayaannya. Kelestarian dan kemajuan kebudayaan ada di tangan pemuda. Oleh karena itu, kalau bukan kita yang melestarikan kebudayaan, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, akan mau kapan lagi?” tutup Rezza Bagas Styo Anggoro.