Kanal24, Gresik – Barisan perahu nelayan nampak berjajar rapi di Tempat Pendaratan Ikan Desa Pangkahkulon, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Beberapa nelayan sibuk merapikan jaring maupun mempersiapkan bahan bakar untuk melaut. Begitulah kira-kira pemandangan sehari-hari yang dapat dijumpai di Desa Pangkahkulon. Desa ini merupakan salah satu desa di Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Ujungpangkah, dengan wilayah konservasi mangrove terluas, terutama 70 Hektare mangrove alami di Pulau Lewehan.
Keberadaan mangrove alami dengan tutupan lebat, menjadi rumah bagi komoditas perikanan penting seperti kakap putih (barramundi), kepiting bakau, serta jenis-jenis hasil tangkapan lainnya. Keseluruhan nelayan di Pangkahkulon menggantungkan ekonomi keluarga dari hasil tangkapan ikan maupun krustasea yang berada pada area mangrove tersebut. Lebatnya area mangrove di Pangkahkulon juga menjadikan kawasan ini lokasi favorit bagi lebih dari 50 jenis burung laut migran yang singgah dari Australia.
Area Mangrove di Pangkahkulon, Ujungpangkah, Gresik (Dok.FPIK UB)
Masyarakat pesisir Pangkahkulon melalui POKMASWAS menyadari bahwa keberadaan mangrove di pesisir Pangkahkulon bukan hanya menjadi tumpuan hidup bagi tujuh kelompok nelayan yang ada di desa tersebut, tetapi juga memiliki potensi wisata bahari yang pada saat ini belum dikembangkan. Untuk itu, keberadaan mangrove perlu senantiasa dijaga dan dikembangkan melalui program rehabilitasi yang secara rutin dilaksanakan.
Keinginan kuat dari masyarakat Desa Pangkahkulon terkendala dengan belum adanya konsep pengelolaan yang baik dan sesuai dengan daya dukung lokal. Ketua POKMASWAS Pangkahkulon, Robah, menyampaikan bahwa pengembangan area mangrove untuk destinasi wisata akan mendatangkan penghasilan tambahan bagi masyarakat setempat. Selain itu, secara tidak langsung akan meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengunjung untuk lebih menjaga mangrove yang ada di Pangkahkulon.
Pada Tahun 2022 ini, masyarakat Pangkahkulon berkolaborasi dengan Tim Pengabdian Masyarakat dari FPIK Universitas Brawijaya membuat perencanaan program untuk konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan area mangrove di Pangkahkulon. Penyusunan program didasarkan pada potensi mangrove, potensi biota asosiasi, potensi produk turunan mangrove, karakteristik lingkungan, serta sosio-ekonomi masyarakat di Pangkahkulon.
Penguatan program konservasi dan rehabilitasi mangrove dilakukan melalui pembangunan area pembibitan dengan kapasitas 15.000 bibit. Pembibitan mangrove terletak dalam area Pulau Cisiu Edupark, yang akan dimanfaatkan sebagai destinasi wisata mangrove sekaligus edukasi konservasi bagi pengunjung.
Pembibitan Mangrove di Pangkahkulon, Ujungpangkah, Gresik (Dok.FPIK UB)
Defri Yona, D.Sc, selaku ketua Tim Pengabdian menjelaskan tertulis kepada Kanal24 (20/11/2022), bahwa pembuatan sarana pembibitan ini merupakan langkah awal dari program pengembangan ekowisata mangrove di Pangkahkulon. Dengan adanya area pembibitan ini, POKMASWAS Pangkahkulon dapat melaksanakan event kegiatan penanaman mangrove secara mandiri, dengan menggunakan bibit mangrove lokal yang terbukti memiliki kelulushidupan lebih baik dibandingkan dengan bibit yang didatangkan dari lokasi lain.
Selain pembuatan fasilitas pembibitan, kegiatan akan dilanjutkan dengan FGD bersama masyarakat dan stakeholder setempat untuk penyusunan rencana detail baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang untuk pengembangan kawasan mangrove di Pangkahkulon sebagai destinasi ekowisata berbasis konservasi.