Kanal24, Banyuwangi – Tim Peneliti yang berasal dari FIA UB mencoba meneliti ”Model Collaborative Governance” Kawasan Geopark Ijen di Desa Wisata Osing Kemiren. Penelitian ini mengamati model kolaborasi untuk pengembangan kawasan wisata unggulan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya ragam stakeholder yang terlibat dalam pengembangan culture site.
Desa Kemiren menjadi salah satu culture site untuk mendukung pelaksanaan Geopark Ijen sebagai Kawasan wisata. Kedua kawasan wisata ini saling bekerja sama dan berkolaborasi. Hal ini sejalan dengan Peraturan Bupati Banyuwangi No. 13 Tahun 2020 bahwa Desa Kemiren menjadi salah satu culture site untuk mendukung pelaksanaan Geopark Ijen sebagai Kawasan wisata.
Penelitian yang dilakukan akademisi FIA UB ini didanai melalui Hibah Penelitian Unggulan (HPU). Diketuai oleh Dr. Mohammad Nuh, S.IP.,M.Si dan beranggotakan Mukhammad Kholid Mawardi, S.Sos, M.AB, Ph.D; Dr. Rita Parmawati, SP., ME; Yusri Abdillah, PhD.
Tim Penelitian FIA UB bersama karang taruna setempat. (Dok. Tim Penelitian FIA UB)
Terkait tema, penelitian ini berusaha meneliti model collaborative governance. Penelitian ini mengambil tema “Model collaborative governance bagi pengembangan desa wisata berkelanjutan pada situs budaya Geopark Ijen di Desa Wisata Osing Kemiren”. Tema ini lebih mengkhususkan pada model kolaborasi.
Para akademisi FIA ini memandang penting untuk melakukan kajian tentang dukungan Desa Kemiren terhadap Geopark Ijen. Peneliti juga berusaha menilai sejauh mana efektivitas koordinasi dan kolaborasi serta integrasi pengembangan kawasan geopark tersebut, khususnya Desa Kemiren sebagai culture site.
”Hasil penelitian ini menggambarkan adanya ragam stakeholder yang terlibat dalam pengembangan culture site di Desa Kemiren, yaitu Pokdarwis, tokoh adat, pelaku usaha home stay, pelaku usaha kuliner, karang taruna, perangkat desa, dan kelompk Wanita,” ungkap Dr. Mohammad Nuh selaku ketua tim.
Dalam pengembangan kawasan ini, seluruh stakeholder memiliki kontribusi dalam pelestarian lingkungan dan budaya setempat. Seperti contohnya ialah kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Mereka berusaha mengembangkan kegiatan dan atraksi budaya di Geopark Ijen.
Desa Kemiren merupakan salah satu desa wisata yang terkenal di Kabupaten Banyuwangi. Desa ini identik dengan desa budaya karena masih melestarikan adat istiadat dan budaya lokal. Salah satunya pemberdayaan bagi Suku Osing, suku asli Kabupaten Banyuwangi.
Di dalamnya terdapat kegiatan yang berusaha menyajikan keanekaragaman budaya Suku Osing. Desa ini berusaha menampilkan karakter budaya dan adat asli masyarakat setempat. Hal ini berupa revitalisasi rumah adat, penampilan tarian gandrung, dan kegiatan tradisi lainnya.
Nuh juga menjelaskan bahwa potensi pengembangan culture site sebagai wahana pencapaian wisata berkelanjutan akan tercapai dengan baik dengan proses kolaborasi yang baik. Terkait hal ini, kesuksesan proses kolaborasi ditentukan oleh beberapa hal, yaitu kepercayaan, dialog secara rutin, kesepakatan hasil yang dicapai. Ketiganya telah berjalan dalam rangka pengembangan culture site Desa Kemiren sebagai desa wisata.(raf)