Kanal24, Malang – Gerakan penanaman pepohonan di sejumlah kawasan Malang yang terselenggara dalam program rutin tahunan Tetenger Bumi Universitas Brawijaya 2022 diakhiri dengan menanam 2000 tanaman buah-buahan langka di Dusun Purwosari, Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang pada Sabtu (17/12/2022). Pemilihan lokasi terakhir tersabut dipakemkan berdasarkan beberapa kriteria yaitu daerah tangkapan air, masyarakat kondusif yang penuh dengan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki.
“Kita (Universitas Brawijaya) mempertimbangkan agar nantinya tanaman-tanaman yang kita tanam ini dapat dipelihara (secara mandiri) karena tidak mungkin dari Universitas Brawijaya yang akan mengamati terus-menerus selama berhari-hari itu tidak bisa sehingga harus masyarakat,” tutur Ketua Lustrum UB Ke-12, Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak.
“Selain itu, relasi kita dengan Desa Srimulyo juga semakin panjang. (Sebelumnya), KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik juga ada disini, kemudian ada pengabdian P2MD, responnya (masyarakat) juga sangat bagus dan tentu saja terdapat rekomendasi dari pemerintah terkait kondisi desa,” tambahnya.
Ketua Lustrum UB Ke-12, Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak. ketika diwawancarai awak Kanal24. (Tina/Kanal24)
Pada simpul agenda peringatan Dies Natalis UB di bulan Januari 2023 mendatang, Tetenger Bumi UB bertema “Berinovasi Menjaga Bumi untuk Hidup lebih Lestari” sudah menanam ratusan pohon untuk upaya reboisasi di lahan baru milik Universitas Brawijaya dan menanam 2000 pohon buah-buahan langka di Desa Srimulyo sebagai daerah tangkapan air dan sebagai bentuk kepedulian terhadap bencana yang terjadi di periode akhir tahun ini.
Tetenger Bumi merupakan gerakan yang dicanangkan oleh seorang dosen Filkom, Tibyani, ST., MT. Gerakan ini mulai digalakkan sejak tahun 2017, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2022 ini Tetenger Bumi UB lebih memilih melakukan penanaman tanaman buah-buahan langka dibandingkan dengan tanaman produksi seperti tahun sebelumnya.
Program rutin tahunan yang sudah berjalan lima tahun ini merupakan upaya yang diberikan Universitas Brawijaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan pemeliharaan tanaman, sebagai lembaga akademik Universitas Brawijaya merasa turut tanggung jawab karena memiliki ahli-ahli yang berkaitan dengan pembudidayaan dan pelestarian tanaman.
Warga setempat ketika menanam pohon buah-buahan. (Tina/Kanal24)
“Kita menunjukkan komitmen real bahwa Universitas Brawijaya memiliki suatu perhatian yang terus menerus, sinambung untuk menjaga kelestarian lingkungan dan memelihara berbagai kehidupan yang ada di bumi ini,” ujar Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak.
Kontinuitas gerakan ini diharapkan dapat melestarikan pepohonan buah-buahan langka, menjadi media resapan air serta dapat menjaga kehidupan lingkungan agar dapat memperkaya pasokan oksigen bagi makhluk hidup di sekitarnya.
Kedepannya, Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc, secara terbuka mengatakan ada tantangan baru yakni bukan lagi melakukan ribuan penanaman melainkan melakukan 1 Juta penanaman pohon. Dalam prosesnya Rektor UB tersebut membuka tangan kepada pemerintah Malang dan juga seluruh masyarakat agar mau terlibat dan berkolaborasi dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan kehidupan.
“Bentuk sedekah jariah kita kepada alam semesta karena dengan tanaman pohon oksigen yang keluar dari pohon itu menjadi kebutuhan kehidupan di muka bumi ini tidak hanya manusia, hewan, mikroba, dan seterusnya membutuhkan oksigen,” tutur Prof. Widodo dihadapan Wakil Bupati Malang dan elemen masyarakat yang hadir di Desa Srimulyo.
Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc, ketika memberi sambutan di samping Masjid Desa Srimulyo. (Tina/Kanal24)
Menanam pohon tanaman buah langka, tambahnya, berarti mencoba menghidupkan kekayaan alam. Ia mengibaratkan bahwa di masing-masing tanaman Tuhan telah membuat kode yang mana kode tersebut dikatakan jangan sampai hilang sebelum anak cucu kita nantinya membuka rahasia kode di masing-masing tanaman. Sehingga tugas kita diantaranya melestarikan kekayaan alam, kekayaan genetik.
Penanaman pohon buah langka ini diapresiasi oleh pemerintah, dalam sambutan Prof. Widodo menyampaikan bahwa Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subrototelah mengusulkan untuk membangun kawasan herbal yang diharapkan dapat menjadi bentuk kekayaan baru bagi masyarakat.
“Herbal itu kalau diolah bisa jadi obat tetapi ironisnya bangsa Indonesia bahan baku obat itu 90% dari Cina dan India,” ucapnya.
Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto berinteraksi dengan warga setelah penanaman pohon buah mentega. (Tina/Kanal24)
Untuk itu, Ia kembali mengajak semua elemen untuk bergotong royong menanam tanaman herbal yang dapat bermanfaat secara langsung bagi masyarakat. Prof. Widodo juga memberi opsi lain yakni dengan membuat factory bersama pemerintah untuk mengekstrak obat herbal agar menjadi bahan baku yang dapat dijual dan memperkaya industri farmasi di dalam negeri.
“Kalau bahan baku dari dalam negeri harapannya harga obat-obatan juga lebih murah buat masyarakat,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto secara tegas mengatakan bahwa masih banyak ruang yang dapat digunakan untuk memunculkan kampung-kampung herbal. Kolaborasi yang ditawarkan pun menurutnya, pengobatan kesehatan bisa didapat di dalam negeri sendiri.
“Kedepan kita tingkatkan kolaborasi utamanya kehadiran pemerintah daerah, kementerian bersama-sama dengan masyarakat sehingga keinginan besar kita untuk menjaga ekosistem, keberlangsungan ekosistem ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya. (agt)