Kanal24, Malang – dr. Ditya Arisanti, Sp.A menyampaikan bahwa persoalan stunting adalah masalah kesadaran, bukan hanya karena latar belakang ekonomi keluarga yang tidak mampu memberikan nutrisi yang baik bagi anak-anaknya. Namun bagi kelompok ekonomi mapan, karena kesibukan orang tua yang tidak memberikan perhatian pada kualitas gizi anak sehingga menyebabkan anak stunting.
Hal ini disampaikan dalam acara Rembuk Aksi Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Malang Tahun 2022 hari kedua yang bertempat di Grand Miami Hotel, Kamis (08/09/2022).
“Banyak sekali orangtua yang datang pada kami (Dokter Spesialis Anak) mengkonsultasikan anaknya adalah orang yang berkecukupan, namun karena sibuk bekerja, anaknya dititipkan, jadi tidak bisa mengontrol pola asuh, ini menjadi masalah,” ungkap dokter spesialis anak di Persada Hospital Malang ini.
Lebih lanjut, pada saat bayi melewati fase MPASI atau saat anak mulai mengenal makanan, terkadang orangtua kurang telaten dalam mengenalkan berbagai makanan yang kaya sumber nutrisi.
“Beberapa anak memang mengalami fase susah makan, saat dikenalkan variasi makanan dia memilih makanan yang dia suka. Lalu orangtua menyerah, sehingga makanan yang diberikan tidak varitif, hanya yang disukai anak. Asal mau makan,” tutur dr. Ditya.
Akibatnya nutrisi yang diterima anak tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Faktor lain yang perlu dipahami oleh orangtua adalah mulai mengenalkan jam makan pada anak. Kapan waktu sarapan, waktu makan siang dan makan malam. Termasuk mengkondisikan suasana saat makan.
“Kalau agar mau makan anak diajak main gadget, anak diajak nonton, anak dibiarkan bermain, maka anak tidak menyadari kapan waktu makan. Bahkan mengenali menu apa yang dimakannya,” dr.Ditya menjelaskan.
Kondisi ini sering tidak disadari oleh orangtua, bahkan mungkin sebagian punya pengalaman kalau tanpa menonton atau bermain anak tidak mau makan. Sebaiknya pengalaman makan sendiri menjadi pengalaman yang bisa memicu anak untuk dapat mengenal makanan. Memang agak merepotkan karena pengalaman makan sendiri menjadi agak kotor dan berantakan namun ini dapat menumbuhkan ketertarikan anak untuk mencoba berbagai varian makanan. (sat)