Kanal24, Malang – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN mendapatkan dukungan pilar sustainability dari Universitas Brawijaya (UB) yang bekerjasama dengan anak muda Jawa Timur yang tergabung dalam Society Renewable Energy (SRE) Indonesia. UB bersama SRE pada kegiatan ASEAN Youth Movement Sustainability Week, mendeklarasikan dukungan pilar sustainibility pada Keketuaan Indonesia di KTT ASEAN. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca Juga : Dukungan UB Pada Pilar Sustainability KTT ASEAN 2023
Kegiatan ASEAN Youth Movement (Sumber : Ho UB)
Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Brawijaya (UB), Adhi Cahya Fahadayna, S.Hub.Int., M.S. menyatakan bahwa dukungan tersebut adalah hal biasa dan merupakan program pemerintah yang sudah semestinya bagi UB untuk mendukung hal tersebut.
“Hal yang biasa sebetulnya, karena ini program pemerintah tentu sudah semestinya bagi UB untuk mendukung hal tersebut.” kata Adhi Cahya saat wawancara dengan Kanal24, Rabu (10/05/2023).
Dosen HI UB tersebut menanggapi kontribusi UB pada Keketuaan Indonesia pada forum KTT ASEAN 2023. Dukungan UB diberikan melalui kegiatan ASEAN Youth Movement Sustainability Week yang digelar di Hotel Grand Mercure Malang, Sabtu (06/05/2023). UB bersama anak muda Jawa Timur yang tergabung dalam Society Renewable Energy (SRE) Indonesia mendeklarasikan dukungan pilar sustainability pada Keketuaan ASEAN. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Kementerian Energy dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Lebih lanjut, Adhi Cahya mengatakan, deklarasi tersebut sebetulnya hal normatif yang dilakukan. Komitmen masyarakat Indonesia secara umum untuk menyukseskan SRE masih belum terlihat masif. Hal tersebut dapat dilihat dari ketergantungan masyarakat Indonesia pada energi fosil, contohnya pada penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM dan listrik yang masih menggunakan batu bata. Hal tersebut masih menjadi indikasi kuat bahwa SRE belum sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia.
Deklarasi dukungan yang diberikan oleh UB dan SRE tersebut berisi komitmen anak muda dalam mendukung energi berkelanjutan menuju Net Zero Emission (NZE) di Indonesia. Menurut Adhi Cahya, hal yang menjadi urgensi dari menuju NZE di Indonesia adalah ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil, terutama minyak bumi dan batu bara.
Penggunaan energi fosil yang boros tentu akan berdampak negatif pada NZE. Selain itu, anak muda adalah pengguna utama bahan bakar fosil. Sehingga, komitmen untuk beralih ke SRE harus diperkuat, terutama untuk kalangan anak muda sebagai pengguna aktif.
Langkah yang dapat diambil anak muda untuk mendukung energi berkelanjutan menuju NZE di Indonesia dapat dilakukan dengan beralih ke moda transportasi yang lebih hemat energi dan melakukan riset inovasi untuk beralih teknologi ke energi SRE.
“Tantangannya adalah ketergantungan, jika anak muda Indonesia tidak terbiasa dengan penggunaan SRE, maka akan terjadi krisis energi ketika bahan baku fosil menipis.” ujar Adhi Cahya.
Namun, sebagai Dosen HI UB juga menyampaikan ada tantangan yang dihadapi untuk menuju NZE di Indonesia. Tantangan tersebut adalah “ketergantungan”. Jika anak muda tidak terbiasa dengan penggunaan energi SRE, maka akan terjadi krisis energi ketika bahan baku fosil menipis.
Namun, keterbukaan pikiran anak muda untuk memanfaatkan energi SRE akan lebih mudah jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Adaptasi anak muda terhadap teknologi baru yang berbasis energi SRE harus lebih masif untuk memutus mata rantai ketergantungan dengan energi fosil.
“Membiasakan diri dengan berbagai macam penggunaan energi alternatif dan tentunya mendukung riset dan inovasi untuk pengembangan energi berbasis SRE,” tutup Adhi Cahya.