Kanal24, Malang – Sebagai upaya untuk menanggulangi permasalahan siber, Universitas Brawijaya berkolaborasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam program sosialisasi dan workshop tata kelola penanganan insiden siber pada perguruan tinggi (29/05/2023).
Acara yang dihadiri kurang lebih 100 peserta dari Pengelola Sistem Informasi Infrastruktur TI dan Kehumasan (PSIK) Universitas Brawijaya ini juga dihadiri oleh Direktur Keamanan Siber dan Sandi Pembangunan Manusia, Giyanto Awan Sularso, dan Wakil Rektor bidang perencanaan kerjasama dan internasionalisasi UB, Andi Kurniawan. Tidak hanya itu, sejumlah perwakilan dari beberapa universitas di Malang seperti Polinema, UIN Malang, UMM, Universitas Kanjuruhan, Universitas Gajayana, dan universitas lain juga mengikuti acara sosialisasi ini.
Andi Kurniawan selaku Wakil Rektor menyampaikan bahwa di era sekarang keamanan siber menjadi kebutuhan primer. Problematikanya sama seperti Artificial Intelligence (AI) dan teknologi informasi.
“Kita memprediksi sepuluh tahun kedepan seluruh pekerjaan akan melibatkan AI dan teknologi informasi,” ucap Andi Kurniawan.
Generasi saat ini akan dihadapkan dengan era dimana kemampuan adaptasi terhadap AI dan teknologi digital menjadi sangat penting. Sayangnya perguruan tinggi di Indonesia belum mempersiapkan hal tersebut, dan belum memiliki kurikulum untuk mengatasi proses adaptasi kedepannya.
Sementara itu, Giyanto Awan Sularso, menjelaskan bahwa saat ini segala aktivita tidak dapat terlepas dari pemanfaatan teknologi informasi, namun sayangnya belum sepenuhnya dibarengi dengan kesadaran akan pentingnya keamanan siber.
“Di tahun 2022 kurang lebih terjadi anomali trafik internet kurang lebih sekitar 1 miliar, didominasi oleh serangan mallware setinggi 50 hingga 60 persen,” terang Sularso.
Di akhir tahun 2022 BSSN memprediksi bahwa di tahun 2023 akan terjadi tren serangan siber yang masih berkisar pada malware, phising, data breach, ransomware, dan disusupinya website dengan laman judi online. Benar saja, di awal tahun 2023 Indonesia dilanda dengan data breach yang cukup besar di website pemerintahan.
Dalam penanganan insiden siber, BSSN berharap adanya suatu tim khusus yang menangani insiden siber. Dengan terbentuknya tim tanggap insiden siber, koordinasi dan mitigasi akan lebih terarah dan lebih cepat.
Sularso berharap agar para peserta yang mengikuti kegiatan workshop dan sosialisasi ini dapat memanfaatkan momen dengan baik. Juga dengan para stakeholder, komunitas perguruan tinggi, industri, dan pemerintahan agar terus berkoordinasi dan berkolaborasi dengan baik. BSSN merasa bahwa keamanan siber menjadi urusan wajib bersama yang juga harus diselesaikan bersama. Ia juga berharap agar kegiatan ini akan bermanfaat bagi kematangan keamanan siber di Indonesia dan di sektor pendidikan khususnya. (fan)