KANAL24, Malang – Sebagai bagian dari rangkaian acara kerjasama antara Departemen Psikologi Universitas Brawijaya dan University of Adelaide Australia, rombongan yang terdiri atas dosen dan mahasiswa dari kedua universitas mengunjungi Pondok Pesantren Al-Hikam di Jalan Cengger Ayam No. 24 Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Selama berada di kompleks Pondok Pesantren Al-Hikam, rombongan kedua universitas disambut dan diajak oleh tim dari Al-Hikam berkeliling melihat kehidupan di Pondok Pesantren dan STAIMA Al-Hikam. Selain itu, rombongan dari University of Adelaide juga sempat berbincang-bincang dengan sejumlah santri yang berada di asrama pondok pesantren untuk mempelajari seluk-beluk kehidupan pesantren.
Pondok Pesantren Al-Hikam sendiri dipilih karena merupakan salah satu pondok pesantren di Malang yang bisa mempromosikan moderasi dan toleransi. Sehingga harapannya delegasi Australia bisa memiliki pandangan alternatif bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan dan bisa dipraktekkan secara moderat dan toleran. Hal ini disampaikan oleh Ketua Departemen Psikologi Universitas Brawijaya Ali Mashuri, S.Psi., M.Sc., Ph.D,. Beliau juga menuturkan bahwa visi dari program kolaborasi ini adalah salah satunya agar delegasi Australia bisa mengobservasi moderasi Islam.
Baca Juga : Kunjungi Kayutangan Mahasiswa Adelaide Belajar Preservasi Lingkungan dan Budaya
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Dr. Mochamad Nurcholiq selaku Ketua STAIMA Al-Hikam Malang mengaku sangat bahagia mendapat kunjungan dari rombongan kedua universitas. Hal ini dikarenakan UB dipandang sebagai salah satu rekan dari institusi Universitas Umum (non-berbasis Islam). Di samping itu, kedatangan rombongan dari University of Adelaide menunjukkan bahwa secara ilmu pengetahuan ternyata Al-Hikam juga bisa berjejaring dengan rekan dari luar negara. Nurcholiq juga menerangkan bahwa ia sempat berbincang dengan Professor Deborah Thurnbull, Chair of Psychology di University of Adelaide, terkait jurusan Psikologi yang ada di Al-Hikam. Ia merasa bahwa hal ini bisa berdampak bagus untuk kerjasama ke depannya karena tidak hanya terkait dengan bidang keilmuan namun juga budaya antar negara.
Nurcholiq juga menyampaikan bahwa pihak rombongan dari University of Adelaide juga sempat bertanya tentang mahasiswa yang berkuliah di STAIMA, dimana kemudian beliau menjelaskan bahwa meskipun ada sejumlah mahasiswa STAIMA yang tinggal di asrama pondok pesantren, ada juga mahasiswa yang tidak. Mahasiswanya pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Madura dan Jakarta.
“Ketika mereka bertemu di Al-Hikam, maka otomatis akan ada pertemuan budaya. Di situlah moderasi akan terjadi”, ujar Nurcholiq.
Rombongan dari University of Adelaide nampak antusias mengikuti rangkaian tur keliling pondok pesantren dan STAIMA Al-Hikam. Mereka dapat melihat proses kehidupan di pesantren mulai dari proses belajar mengajar, kehidupan asrama, hingga shalat maghrib berjamaah yang dilakukan di masjid pesantren. Ketika diwawancarai pada akhir tur, salah satu anggota rombongan yang bernama Alex mengatakan bahwa ia merasa sangat bersyukur karena merasa begitu diterima di Indonesia dan menerima begitu banyak keramahtamahan dari warga Indonesia, termasuk dari pihak ponpes Al-Hikam. Ia merasa perjalanannya selama di Al-Hikam memberinya banyak pengalaman baru yang tidak bisa didapatkan di tempat lain, dan ia sangat bersyukur akan hal tersebut. Bukan hanya itu, Ia merasa bahwa pengalamannya di Indonesia jauh melampaui ekspektasinya dan ia akan terus mengenang pengalamannya selama di Indonesia.(suf)