Kanal24, Blitar – Penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian masih mencapai 72 persen di Desa Pagergunung, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar yang dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Melihat hal ini, Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) Kelompok 325 mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan sosialisasi praktek produksi dan pemanfaatan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungan pupuk kimia kepada para petani di Desa Pagergunung.
Acara yang digelar di Balai Dusun Pagergunung pada hari Jumat (21/08.2023) ini berisikan materi sosialisasi yang dibawakan oleh MMD Kelompok 325 saling berkaitan satu sama lain, yaitu mengenai edukasi penggunaan pupuk organik dan pestisida nabati pada lahan pertanian, pengolahan sampah skala rumah tangga dengan teknik komposting serta praktek dalam pembuatan kompos dari limbah pertanian.
14 mahasiswa dari MMD UB Kelompok 325 ini percaya bahwa pendekatan baru terhadap pertanian dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan. Mereka mengadopsi filosofi pertanian organik yang menekankan penggunaan bahan-bahan alami dan siklus biologis tanah untuk menjaga kesuburan dan kesehatan tanah.
“Saat ini, banyak petani yang cenderung bergantung pada pupuk kimia yang disebabkan oleh kebutuhan pupuk berskala besar dan mengejar hasil yang bagus tanpa memperhitungkan keseimbangan ekosistem, sehingga dampak jangka panjangnya adalah kerusakan tanah dan air. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, kami mencanangkan kegiatan sosialisasi sebagai upaya untuk membantu para petani Desa Pagergunung berupa edukasi baik teoritis maupun aplikatif mengenai pemanfaatan pupuk organik untuk pertanian yang berkelanjutan,” ungkap Alfina, salah satu anggota Tim MMD 325 Universitas Brawijaya
Tidak hanya fokus pada aspek produksi, MMD UB Kelompok 325 juga berupaya untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang manfaat jangka panjang dari penggunaan pupuk organik. Mereka mengadakan sesi diskusi dan lokakarya mengenai pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem pertanian serta dampak positif yang dapat dihasilkan dengan peralihan ke praktek pertanian organik
Dalam sosialisasi, MMD UB Kelompok 325 tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembelajar. Mereka memahami tantangan dan kendala yang dihadapi oleh para petani dalam menerapkan praktek pertanian organik.
“Sebenarnya pupuk organik itu bagus, tetapi karena sekarang kotoran kambing dan limbah-limbahnya sudah jarang ditemukan, jadinya sulit dan jika ingin membeli pasti harganya mahal,” kata salah satu anggota Kelompok Tani Desa Pagergunung, Bapak Sunggono.
Dari alasan tersebut, MMD UB Kelompok 325 ini melakukan pendekatan kolaboratif, yaitu mereka bekerja bersama dengan para petani untuk mencari solusi yang sesuai dengan kondisi setempat. Sebagai bagian dari upaya edukasi dan penyebaran informasi, mereka juga membuat dan menyebarkan brosur panduan praktis tentang produksi dan penggunaan pupuk organik melalui sampah skala rumah tangga.
Panduan tersebut akan menjadi sumber referensi bagi petani yang ingin mulai menerapkan pendekatan berkelanjutan dalam pertanian mereka. Melalui pendekatan ini, MMD UB Kelompok 325 telah memberikan kontribusi nyata dalam mendukung prinsip SDG 12 tentang produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Maka, diharapkan para petani bisa beralih ke praktek pertanian yang lebih berkelanjutan dan menyadari potensi besar dari pupuk organik dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.