Kanal24, Malang – Pemahaman tentang disability awareness pada anak usia dini memiliki peran penting dalam membentuk sikap inklusif dan empati di masa depan. Dalam upaya meningkatkan kesadaran tersebut, Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB), Ika Fitria, S.Psi., M.Psi., Psikolog, melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan fokus pada “Disability Awareness: Literasi Disabilitas untuk Anak Usia Dini” melalui kegiatan mendongeng.
Kegiatan yang diberi nama “Dongeng Inklusi” ini diadakan untuk siswa-siswi TK Permata Iman pada Kamis (21/9/2023). Metode dongeng dipilih karena melalui cerita, anak-anak dapat lebih mudah memahami konsep literasi disabilitas.
Ika Fitria dan timnya bekerja sama dengan Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI), sebuah komunitas dai anak muslim yang aktif dalam program dakwah dan sosial, termasuk safari dakwah kisah, pelatihan seni tutur kisah, dan mental healing.
Dalam acara “Dongeng Inklusi,” anggota PPMI, Kak Ana dan Kak Silmi, mengisi sesi dongeng dengan menceritakan apa itu disability awareness. Melalui cerita tersebut, mereka secara singkat menggambarkan kisah seorang siswa yang memiliki kebutuhan khusus dan menghadapi tantangan seperti ejekan dari teman-temannya.
Ika Fitria menjelaskan, “Melalui cerita tersebut, anak-anak TK Permata Iman bisa belajar bahwa ada situasi dan kondisi yang berbeda, yang juga dialami oleh siswa lainnya. Mereka juga belajar bagaimana seharusnya kita memperlakukan sesama dengan baik.”
Selama sesi dongeng, anak-anak diajak untuk berinteraksi dengan boneka cerita dan berpartisipasi dalam permainan suara. Hal ini dimaksudkan agar mereka merasa lebih terlibat dan antusias dalam pembelajaran yang disisipkan dalam cerita.
Menurut Ika Fitria, kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin yang dilaksanakan setiap tahun. Beberapa tahun terakhir, Ika memilih untuk fokus pada tema “disability awareness.” Jika tahun lalu menyasar keluarga, pada tahun 2023, ia memutuskan untuk mengedukasi anak-anak usia dini di sekolah.
“Kita perlu mengenalkan kepada anak-anak tentang keberagaman dan kehadiran teman-teman kita yang memiliki kebutuhan khusus. Mereka juga perlu tahu bagaimana berperilaku dengan baik saat berinteraksi dengan teman-teman disabilitas dan bagaimana mereka dapat membantu sesama,” tambah Ika Fitria.
Kegiatan “Dongeng Inklusi” diharapkan dapat membantu anak-anak memahami dan merangkul keragaman serta membekali mereka dengan pengetahuan untuk menjadi individu yang inklusif dan berempati terhadap sesama, terutama teman-teman dengan kebutuhan khusus di sekitar mereka.(din/skn)