Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) memimpin upaya riset holistik guna meningkatkan pengelolaan ekosistem mangrove di Jawa Timur. Mangrove, sebagai ekosistem pesisir yang vital, memiliki peran strategis dalam keberlanjutan sektor perikanan, mitigasi perubahan iklim, dan perlindungan pantai dari abrasi.
Indonesia, dengan luas hutan mangrove mencapai 3,36 juta hektar, menjadi negara dengan hutan mangrove terluas di dunia (23% dari total mangrove global). Sayangnya, tingkat kerusakan mangrove di Indonesia juga termasuk yang tertinggi, mencapai 52.000 hektar per tahun. Ancaman bukan hanya dari aktivitas manusia, tetapi juga dari dampak perubahan iklim yang memengaruhi hidro oseanografi dan atmosferik.
Jawa Timur, provinsi dengan luas area mangrove terbesar di Pulau Jawa (27,2 ribu hektar), mengalami konversi lahan mangrove akibat tingginya aktivitas manusia di kawasan pesisir, terutama di pantai utara. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik menjadi kunci untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jasa lingkungan yang diberikan oleh ekosistem mangrove.
Pada tahun 2023, tim peneliti komoditas mangrove dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB, bekerja sama dengan stakeholder mangrove di Jawa Timur, memulai perjalanan riset holistik ini. Roadmap riset dibentuk melalui dua kegiatan utama, yaitu Focus Group Discussion (FGD) dengan para stakeholder dan field trip untuk identifikasi permasalahan dan kebutuhan riset di area mangrove.
FGD yang dilaksanakan pada pertengahan November lalu di Swissbell Hotel, Malang, dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai instansi, termasuk Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, masyarakat pengelola mangrove, serta peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dekan FPIK UB, Prof. Maftuch, menyampaikan bahwa tujuan roadmap ini adalah melaksanakan riset terpadu dari hulu ke hilir, mengikuti kebutuhan stakeholder pengelola mangrove di Jawa Timur. Ketua tim riset komoditas mangrove UB menegaskan bahwa riset holistik diperlukan untuk mengembangkan model pengelolaan ekosistem mangrove yang adaptif dan berkelanjutan.
“Pendekatan riset holistik yang mengintegrasikan berbagai ilmu multidisiplin, dari ekologi, fisika, lingkungan, hingga sosio-ekonomi, sangat diperlukan untuk menghasilkan model pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan,” ujar Prof. Nuddin Harahab, ketua tim riset komoditas mangrove FPIK UB.
Sebagai socio-ecosystem (ekosistem yang sangat terkait dengan masyarakat), riset ini akan mencakup tema-tema ekologi, lingkungan, dan sosio-ekonomi, guna mendukung pengelolaan ekosistem mangrove yang menghadapi ancaman perubahan lingkungan.
Sebagaimana disampaikan oleh Frida Sidik, Ph.D, peneliti senior mangrove BRIN, “Isu utama riset mangrove di Indonesia dan global adalah dampak perubahan iklim, teknik restorasi mangrove, karbon biru dan peran citizen science dalam pengelolaan ekosistem mangrove.”
Hasil FGD menghasilkan peta jalan riset holistik untuk pengelolaan mangrove di Jawa Timur hingga tahun 2032, dengan empat tahap riset yang mencakup pembuatan profil mangrove, riset bioekologi mangrove, riset sosio-ekonomi mangrove, dan riset inovasi pengelolaan ekosistem mangrove.
“Ini adalah langkah besar untuk menghadapi tantangan terkait mangrove di Jawa Timur dan mendukung keberlanjutan ekosistem ini secara keseluruhan,” tambah Dr. Sri Sudaryanti, anggota tim komoditas mangrove FPIK UB.
Pada Desember 2023 ini, tim komoditas mangrove dan BRIN mengadakan field trip, kunjungan ke Clungup Mangrove Conservation (CMC), sebagai salah satu calon lokasi untuk mangrove research station. Mangrove research station merupakan implementasi dari riset berbasis masyarakat (citizen science), di mana masyarakat terlibat aktif dalam pengambilan data ekosistem mangrove dan parameter lainnya.
“CMC menjadi salah satu lokasi yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi mangrove research station. Selain keanekaragaman mangrove yang cukup tinggi, lokasi ini menjadi salah satu icon keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat (community based-mangrove management, CBMM). Pengembangan CMC sebagai mangrove research station juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan partisipasi masyarakat dalam pemantauan ekosistem mangrove.” Dhira Khurniawan Saputra, anggota tim riset komoditas mangrove FPIK UB.
Upaya ini dilakukan untuk menjaga ekosistem mangrove bagi keberlanjutan sektor perikanan dan keberlangsungan ekosistem laut secara berkelanjutan di masa mendatang. (din/dhr)