Oleh : Abdulah Sidik
Pelaku usaha skala UMKM masih mendominasi pelaku usaha di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2021 jumlah UMKM mencapai 64,2 juta.
Usaha mikro menjadi pelaku yang paling banyak dengan jumlah 63,95 juta pelaku. Disebut usaha mikro karena memiliki omset kurang dari Rp2 miliar pertahun.
Jumlah ini relatif tidak berubah dalam kurun waktu 10 tahun menjadikan ekonomi UMKM sebagai pelaku terbanyak yang menggerakkan ekonomi nasional.
Perkembangan teknologi digital seperti adanya smart phone, aplikasi jual beli online juga memberikan dampak besar bagi pertambahan jumlah pelaku usaha mikro.
Jika sebelum era digital untuk berusaha membutuhkan lokasi yang strategis dan membutuhkan modal lebih banyak, saat ini tidak berlaku lagi. Dengan memanfaatkan smart phone dan aplikasi para pelaku usaha dapat menjalankan usaha dari rumah.
Survey INDEF pada tahun 2023 menemukan bahwa 33,86% responden UMKM yang awalnya hanya berjualan offline, kini telah memperluas bisnisnya secara online.
Sebanyak 61,02% responden UMKM mengaku memanfaatkan media promosi offline dan online secara bersamaan sejak awal membangun usaha, dan 5,12% memanfaatkan saluran digital sebagai satu-satunya sarana berjualan mereka.
Pelaku UMKM memiliki tiga alasan dalam menerapkan digitalisasi dalam bisnisnya adalah kepraktisan berjualan secara online (79,13%), exposure atau traffic yang lebih luas (72,83%), dan potensi pertumbuhan bisnis yang lebih cepat (69,69%) sebagaimana dilansir dari katadata.
Selain dukungan teknologi digital, pelaku UMKM juga diuntungkan dengan adanya jasa pengiriman yang memiliki beragam produk layanan dan kemudahan.
Survey dari lembaga Populix menunjukkan bahwa generasi milenial dan z banyak memanfaatkan jasa pengiriman untuk menjual dan membeli barang.
Sebagaimana dilansir dari Jawa Pos pada liputan online 3 Agustus 2023 berikut gambaran dari pemanfaatan jasa pengiriman barang
Berdasarkan temuan Populix, sebesar 88 persen dari partisipan Gen Z mengaku menggunakan layanan pengiriman untuk pembelian online mereka, 12 persen lainnya menggunakan layanan pengiriman untuk kebutuhan pribadi.
Sebanyak 76 persen responden generasi milenial menggunakan pengiriman untuk berbelanja online. Dengan rata-rata mengirimkan barang baik untuk belanja online maupun pengiriman pribadi sebanyak dua sampai tiga kali dalam sebulan.
Menurut preferensi responden dalam mengirimkan belanja barang online, Gen Z banyak menggunakan J&T Express dengan porsi 58 persen. Shopee Express berada di tempat kedua berdasarkan pilihan Gen Z dengan perolehan 32 persen.
Kemudian, JNE, salah satu pemain jasa pengiriman tertua di Indonesia mendapatkan porsi sebesar 27 persen. SiCepat mendapat angka 23 persen, Gosend 7 persen, GrabExpress empat persen, Ninja Express empat persen, Pos Indonesia tiga persen, TIKI dua persen, Wahana dan Paxel masing-masing satu persen dan Indah Logistik, Shipper dan Lalamove menjadi yang paling tidak dipilih Gen Z.
Pada generasi Milenial pun menunjukkan jika J&T Express (55 persen) merupakan layanan pengiriman yang paling sering digunakan untuk belanja online, kemudian JNE (34 persen), Shopee Express (18 persen), SiCepat (17 persen), Gosend (16 persen), GrabExpress (8 persen), Pos Indonesia (7 persen), TIKI (6 persen) Wahana (6 persen), Ninja Express (3 persen), Indah Logistik (3 persen), Paxel (2 persen), Shipper (1 persen), Lalamove (0 persen).
Dari data tersebut terlihat J&T Express menjadi pilihan bagi generasi milenial dan Z dalam membeli barang. Dengan kata lain pelaku UMKM juga banyak menggunakan jasa J&T Express menjadi penopang kesuksesan usahanya.(sdk)
Penulis adalah jurnalis Kanal24