Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Setiap kita pasti memiliki segudang persoalan, itulah fitrah kehidupan. Hidup adalah masalah, dengan permasalahan itu, Allah ingin menguji diri kita, siapa yang terbaik dalam menghadapinya. Terbaik bermakna cara pikir (mindset), tindakan, cara mensikapi masalah baik persiapan sebelum hadirnya masalah (preventif), saat menghadapi masalah dan evaluasi pasca masalah. Setiap tindakan yang dilakukan dalam menjalani semua proses problematika hidup. Masalah adalah segala hal yang membutuhkan solusi atau keputusan. Masalah akan selalu menyertai diri seseorang bersamaan dengan keinginan dan kebutuhan yang juga menyertainya. Selama manusia memiliki keinginan, maka disaat itupulalah masalah akan selalu hadir membersamai.
Namun Allah SWT memiliki cara yang unik bagi manusia agar bisa keluar dari masalah, probelmatika hidup. Dua mekanisme solusi hidup yang disediakan oleh Allah SWT adalah : pertama shalat, kedua sabar. Sebagaimana Allah berfirman :
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ
[Surat Al-Baqarah: 45]
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”.
Sabar dan salat, Keduanya berada dalam konstruksi pikiran dan mindset seseorang. Karena memang, bahwa masalah juga sebenarnya adalah sebuah mindset. Karena bagi seseorang, sesuatu itu dapat dianggap atau di persepsi masalah, sementara pada orang lain tidak demikian. Artinya bahwa masalah sejatinya berada pada wilayah persepsi. Lalu karena berada pada wilayah konstruksi berpikir, maka solusi atas penyelesaiannya pun adalah juga harus berada pada ranah konstruk berpikir.
Sabar adalah keadaan di mana seseorang berada dalam kondisi tenang, damai, puas, ikhlas dan syukur. Sementara shalat akan menghasilkan satu kondisi psikologis terhadap pelakunya yaitu perasaan nyaman, bahagia, meditatif, dan khusyuk. Keduanya, antara sabar dan shalat, ternyata berada pada satu dimensi yang sama. Dalam konteks kajian ilmu neuro sains, keduanya tersebut berada pada gelombang alpha dan Theta. Sebuah gelombang mikrobiologis yang dimiliki oleh setiap manusia yang mengontrol setiap perkembangan kondisi psikologis seseorang.
Patut diketahui bahwa manusia setidaknya memiliki empat gelombang otak yang pertama adalah gelombang beta yaitu suatu kondisi di saat seseorang dalam keadaan berpikir sadar rasional, saat sedang menggunakan kemampuan otak kirinya, yaitu potensi rasionalitas berpikir. Berada pada gelombang 14 – 100 Hz. Sementara Hormon yang memproduksi pada saat kondisi ini adalah hormon kortisol dan hormon norepinefrin , yang memiliki efek cemas, khawatir, gelisah, takut dan stres. Hal ini adalah pintu masuk penyakit. Gelombang ini berada pada kondisi pikiran sadar manusia (conscious mind).
Yang kedua adalah gelombang alpha, yaitu suatu kondisi di saat seseorang berada dalam akses otak kanan dan sebagai pintu masuk keadaan pikiran bawah sadar (unconscious mind) yang berada pada gelombang 8 – 13,9 Hz. Pada saat ini hormon yang diproduksi adalah Dhea serotonin dan endorfin. Yang memiliki efek tenang, bahagia, nyaman, puas, syukur dan ikhlas.
Ketiga adalah gelombang theta. Suatu kondisi di pikiran bawah sadar (unconscious mind) yang paling dalam keadaan sangat khusyuk, meditatif, tidur bermimpi, intuitif. Berada pada gelombang 4- 7,9 Hz. Hormon yang diproduksi adalah melatonin katekolamin arginine, vasopressin. Yang memiliki efek kreatif, integratif, imajinatif, ikhlas, berpikir mendalam, (deep thinking).
Sementara yang keempat adalah gelombang Delta. Kondisi seseorang saat tidur lelap tanpa mimpi, non physical State. Berada pada gelombang 0,1 – 3,9 Hz. Hormon yang diproduksi adalah human growth hormone. Kondisi tidak ada pikiran dan cellular reGeneration.
Dari keempat gelombang otak pada manusia ini gelombang alpha dan Theta adalah suasana yang paling efektif untuk membangun ketenangan, mengambil keputusan dan optimalisasi potensi terbesar manusia. Mengingat potensi bawah sadar (unconsciuos mind) menempati 88% dari potensi pada keseluruhan diri seseorang. Ibarat seseorang memiliki mesin berkekuatan 88%, jika apabila diaktifkan, tentu akan lebih alseleratif dan mudah di dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
Sabar dan salat sebagai mekanisme ilahiyah ternyata menempati pada dua gelombang hebat tersebut artinya di saat seseorang sedang salat ataupun bersabar maka dia secara otomatis sedang mengaktifkan gelombang alfa dan Teta itu sehingga Apabila seseorang mengaktifkannya tentu akan lebih mudah di dalam menemukan jalan keluar itulah mengapa Allah mengatakan dalam firmanNya tersebut (QS. Al Baqarah : 45).
Demikian pula apabila Nabi Muhammad saw menghadapi suatu persoalan, maka nabi melaksanakan salat. sebagaimana dalam riwayat hadits dari sahabat Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى
Bila kedatangan masalah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat (HR. Abu Dawud)
Demikian nabi juga mengatakan kepada sahabat Bilal :
يَا بِلَالُ, أَقِمِ الصَّلَاةَ ! أَرِحْنـــَا بِهَا
“Wahai, Bilal. Kumandangkan iqamah shalat. Buatlah kami tenang dengannya“. (Hadits hasan, Shahihu al Jami’ : 7892)
Dan ternyata sabar dan salat adalah dua aktivitas yang dihasilkan dan banyak dilaksanakan pada puasa Ramadan dengan kata lain bahwa puasa Ramadan akan melahirkan kesabaran sebagaimana nabi mengatakan :
رمضان شهر الصبر والصبر ثوابه الجنة
“Ramadan adalah bulan kesabaran dan sabar pahalanya adalah surga” (HR. Ahmad, Baihaqi)
Ini berarti bahwa puasa Ramadan adalah mekanisme solusi atas masalah yang dihadapi oleh manusia. Dengan berpuasa di bulan Ramadan maka sejatinya Allah Sedang menyiapkan manusia agar dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang akan dihadapinya dan dialaminya di masa masa yang akan datang dalam perjalanan hidupnya. Semoga puasa kita mampu melatih kesabaran diri kita. Amin ya robbal alamin.(ams)
*) Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang