KANAL24, Jakarta – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut terdapat beberapa faktor eksternal dan internal yang mendorong pertumbuhan industri ritel di kuartal I 2019. Menurut Aprindo pada periode tersebut industri ritel tumbuh 12-15 persen year on year.
Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey, menyebutkan faktor pendorong industri ritel bergairah di awal tahun 2019 ini adalah inflasi yang terjaga dengan baik sepanjang 2018 hingga awal 2019. Hal ini mendorong daya beli masyarakat meningkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi pada April 2019 sebesar 0,44 persen. Sementara inflasi tahun kalender (year to date) atau Januari – April sebesar 0,80 persen. Kemudian angka inflasi tahun ke tahun sebesar 2,83 persen.
“Inflasi kita terjaga 2,83 persen di kuartal I, jadi ini sangat bagus,” kata Roy di Jakarta, Jumat (10/5).
Selain itu faktor nilai tukar rupiah juga tercatat lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dipicu oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal reserve, yang berencana tidak menaikkan suku bunganya sehingga suku bunga BI 7 Days Reserve Repo Rate (BI 7 DRRR ) juga tidak perlu ada kenaikan.
“Nah ini secara otomatis mata uang kita akan lebih stabil dibandingkan saat The Fed naik – turunkan suku bunganya,” lanjut Roy.
Faktor lain yang diyakini menjadi pemicu pertumbuhan industri ritel di kuartal I 2019 adalah meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Termasuk sengketa Brexit di Inggris juga lebih terkendali sehingga mendorong industri domestik bergairah.
“Gejolak global memang sedikit banyak akan berpengaruh pada ekonomi Indonesia, tapi sekarang sudah mulai membaik dan kita harapkan ekonomi Indonesia di tahun ini tentu akan lebih baik dr tahun sebelumnya,” pungkas Roy. (sdk).