Islam adalah agama keselamatan, ia menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Sebab satu-satunya agama yang sesuai dengan jiwa kemanusiaan dan diridhoi oleh Sang Pencipta Alam Semesta adalah Islam. Dan untuk memasuki pintu keselamatan ini cukuplah sederhana yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan kalimat itu, maka ada jaminan keselamatan di dunia dan jaminan keselamatan di akhirat. Bagi mereka yang telah bersyahadat maka terjaga baginya darahnya, hartanya dan kehormatannya. Sementara di akhirat, mereka dijamin dengan sorga tanpa terkecuali selain syirik (mempersekutukanNya)
Islam adalah jalan keselamatan karena seluruh konstruksi nilai dan aturan dalam islam akan membuat manusia berada dalam ketenangan dan ketentraman hidup. Sebab semuanya itu sesuai dan dapat menenangkan jiwa dan hati manusia serta memuaskan akal pikiran manusia.
Jiwa manusia yang berpusat pada hati akan memenuhi kebutuhan insting naluri kemanusiaan dengan benar. Terdapat tiga naluri dasar kemanusiaan, yaitu baqa’, nau’ dan tadayyun. Pertama, naluri atau gharizah al baqa’ adalah pola reaksi kemanusiaan terhadap rangsangan untuk mempertahankan diri dan sesuatu, seperti keinginan untuk mempertahankan atas rasa aman sehingga perlu mengupayakan sebuah kepemilikan tertentu misal rumah, kendaraan melalui cara kerja untuk mendapatkan harta dan sebagainya. Kedua, naluri kasih sayang, gharizah an nau’, yaitu reaksi kemanusiaan untuk mencintai dan menanggapi rangsangan jiwa lembut dalam merespon rasa kasih sayang seperti mencintai orang lain, keindahan, kepedulian dan sebagainya. Ketiga, naluri beragama, gharizah tadayyun. Yaitu reaksi kemanusiaan untuk mengagungkan sesuatu yang melampaui dari dirinya dan alam semesta, pengagungan yang mengarahkan diri seseorang untuk menquduskan (taqdis) dan penghambaan.
Agama hadir sebagai serangkaian aturan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pemenuhan berbagai naluri itu. Agama yang benar pasti mampu memberikan jawaban yang menenangkan hati dan memuaskan pikiran. Islam hadir tidak dalam rangka menghapus naluri itu namun untuk mengarahkannya agar benar sesuai dengan kemanusiaan. Islam mengarahkan agar dalam memenuhi gharizah baqa’ (naluri mempertahankan diri) berada dalam jalan yang benar, tidak mendhalimi diri dan orang lain dengan cara yang bersih dan menenangkan. Islam mengarahkan agar dalam memperoleh harta dengan cara yang baik (thayyib) dan benar (halal), tidak melakukan korupsi dan cara-cara yang haram, tidak boleh mencuri ataupun membunuh jiwa, bahkan membunuh satu jiwa dianggap sama dengan membunuh seluruh manusia. Semua aturan ini dimaksudkan agar manusia tenang dan tentram dalam menjalani kehidupannya.
Dalam memenuhi kebutuhan naluri kasih sayang, gharizah an nau’, islam mengarahkan agar memenuhinya dengan cara yang elegan, gentle dan mulia agar mampu menenangkan jiwa manusia, alih-alih menghapus naluri itu. Saat manusia memiliki rasa senang pada yang lain lawan jenis, islam mengajarkan untuk mencintainya dengan cara yang mulia dan gentle yaitu melalui jalan pernikahan dan melarang tegas memenuhinya dengan cara-cara yang tidak gentle, tidak bertanggungjawab seperti zina ataupun selingkuh. Karena cara-cara tersebut tidak menenangkan. Islam hadir sebagai solusi yang menenangkan dan mendamaikan.
Demikian pula dalam memenuhi naluri beragama, gharizah tadayyun, islam mengarahkannya agar sesuai dengan jiwa dan memuaskan akal sehat kemanusiaan. Agar terjaga akal rasionalitas manusia dalam membangun konstruksi keyakinan, pengagungan dan peribadatan. Dalam islam diatur bahwa akal sehat adalah salah satu cara membangun keyakinan bahwa bertuhan itu haruslah pada Tuhan Yang Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, bukan laki dan juga bukan perempuan, karena sejatinya Pencipta haruslah berbeda sama dengan yang dicipta (makhluk), jika tidak ada bedanya dengan makhluk maka tentulah Ia bukanlah Tuhan Yang Maha Pencipta. Sebab Tuhan haruslah Maha dari segala Maha, tidak boleh memiliki kelemahan dan kekurangan sedikit pun, karena Dia adalah Penguasa segala Jagat raya, seluruh lapis alam semesta. Pada logika yang demikian itulah maka akan mampu memuaskan akal manusia yang sehat, namun jika tidak demikian maka pasti ada penolakan akal dan mencipta kebingungan dan kekacauan berpikir (vallacy).
Demikian pula dalam cara peribadatan terhadap Tuhan Pencipta. Islam mengajarkan cara yang elegan yang memenuhi kebutuhan jiwa, hati dan akal yaitu melalui shalat. Sebuah aktifitas ibadah yang mampu menenangkan dengan memadukan antara dzikir dan doa dalam serangkaian gerakan yang telah diatur dengan jelas terperinci (tafsili) sehingga mampu menjadikan hidup manusia tenang dan bahagia. Bukan dengan cara-cara yang akal malah akan menolaknya, karena peribadatan dilakukan dengan cara yang bertentangan dengan akal sehat kemanusiaan seperti menyembah pada sesama mahkluk. Islam hadir dengan cara elegan dan memanusiakan manusia. Itulah keindahan islam.
Tepatlah ajakan nabi pada setiap para pembesar dan kalangan ummat manusia di zamannya saat itu dengan ajakan, “Aslim taslim, jadilah (masuklah) islam maka kamu dijamin pasti selamat”.
Semoga keislaman kita mampu menjadikan diri kita selamat dunia dan akhirat. Selamat di dunia dengan mampu memberikan rahmad bagi sekitar dan kehidupan. Selamat di akhirat dengan mendapatkan kebahagiaan puncak berupa sorga dan ridho-Nya. Aamiiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Fisip UB, motivator dan penulis