Kanal24, Malang – Ratno Sulistiyanto, CEO Indopol Survey, dalam wawancaranya dengan Kanal24, menjelaskan pentingnya metodologi dalam menentukan validitas hasil survei. Ratno menyampaikan hal ini dalam acara Workshop Metodologi Penelitian Survei Opini Publik. Acara ini berlangsung selama dua hari, Rabu dan Kamis (04-05/09/2024), di UB Guest House.
“Akurasi dalam penelitian survei itu ditentukan oleh tahapan metodologi. Tingkat validasi sebuah hasil survei tergantung metodologi yang digunakan. Kami menggunakan metodologi yang mutakhir, yaitu melalui kajian statistik multistage random sampling. Dalam survei ini, kami akan melibatkan 800 hingga 1.000 responden dari 38 kota dan kabupaten di Jawa Timur,” ujar Ratno.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa survei ini akan membagi Jawa Timur ke dalam empat subkultur, dengan referensi area seperti Surabaya, Jombang, Kota Mojokerto, dan Sidoarjo. “Tujuan dari survei ini bukan hanya untuk mempersiapkan Pilkada, melainkan juga untuk melihat tren perubahan perilaku politik di Jawa Timur selama tiga tahun ke depan. Dengan adanya Pilkada, kajian politik ini akan semakin kaya,” tambah Ratno.
Ratno juga menyebutkan bahwa mahasiswa yang mengikuti workshop ini akan mendapatkan pemahaman teori yang mendalam sekaligus kesempatan untuk menerapkan metode survei dalam penelitian mereka. “Bagi mahasiswa yang sedang menempuh skripsi, hasil dari workshop ini bisa menjadi bagian dari penyelesaian tugas akhir mereka.”
Terkait hasil survei pilkada Jatim, Ratno menjelaskan bahwa survei terakhir Indopol yang dilakukan pada bulan Desember 2023, satu bulan sebelum Pilpres. Hasil sementara menunjukkan dominasi petahana, yakni Khofifah dan Emil, namun diikuti oleh Risma di posisi kedua. Menurutnya, dinamika politik di Jawa Timur sangat dipengaruhi oleh dua basis kuat, yaitu NU dan nasionalis.
“Dominasi kultur NU dan nasionalis sangat terlihat di Jawa Timur. Namun, persaingan ini tetap kompetitif karena ada tiga kandidat kuat yang bersaing. Secara matematis, basis nasionalis memiliki peluang besar untuk menang, karena adanya pembagian suara di antara kandidat dari NU,” jelasnya.
Ratno juga menyoroti bahwa angka elektabilitas Khofifah yang belum mencapai ambang aman 35%, dengan survei terakhir menunjukkan angka 26%. “Jika petahana belum mencapai angka 35%, peluang kandidat lain untuk bersaing masih sangat besar. Pilkada Jawa Timur tahun ini akan menjadi sangat kompetitif,” tambahnya.
Adapun kondisi Pilkada di Malang, munculnya tiga calon utama dalam Pilkada menjadi salah satu hasil dari gerakan kritis kaum muda yang menolak revisi undang-undang oleh DPR. “Gerakan kaum muda ini semakin kritis, dan mereka menuntut pemimpin yang sesuai dengan aspirasi mereka. Kami sebagai lembaga survei akan terus memantau perkembangan ini melalui survei lanjutan,” ujar Ratno.
Workshop ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan mahasiswa dalam riset politik serta memberikan kontribusi nyata bagi pemahaman perilaku politik di Jawa Timur. Selain itu, hasil survei ini juga diharapkan menjadi referensi penting bagi pengambilan keputusan politik di masa mendatang. (nid/din)