KANAL24, Jakarta – Pemerintah diminta benar-benar serius membina usaha mikro kecil menengah ( UMKM ) termasuk dengan mempermudah akses pembiayaan bagi pengembangan usahanya. Pasalnya UMKM menjadi tumpuan utama ekonomi kerakyatan dimana tahun lalu sektor ini menyumbang PDB Indonesia sebesar 60 persen.
Hal itu disampaikan oleh Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati dalam acara Focus Group Discussion bertema 13 Tahun Kiprah Lembaga Pengelola Dana Bergulir ( LPDB ) dalam Mengembangkan Koperasi dan UKM di Gedung Smesco Indonesia, Selasa (13/8). Eni mengatakan pemerintah Indonesia perlu mencontoh succes story dari pemerintahan Jerman dan Jepang yang mampu mendorong UMKM nya kuat dan berdaya saing tinggi.
Di Jepang, kata Enny, industri besar otomotif bergantung pada UMKM untuk produk-produk aksesorisnya. Ketika muncul produk otomotif baru, UMKM dengan cepat merespon dengan membuat produk aksesoris yang justru mampu mendorong tingkat penjualan otomotif pada industri besar. Sementara di Jerman, UMKM mampu menguasai seluruh sektor pertanian dari hulu hingga hilir sehingga tidak ada ruang bagi korporasi memasukinya.
Di Indonesia, setiap calon legislatif (caleg) di semua partai dan calon pemimpin baru baik pusat maupun daerah saat kampanye selalu ingin mendorong kemandirian ekonomi melalui penguatan UMKM . Namun saat menduduki kursi pimpinan baik eksekutif maupun legislatif, tidak ada bukti konkret janji-janji mereka dalam mendorong daya saing UMKM .
“Kalau Pemerintah mau serius mendongkrak akselerasi pertumbuhan ekonomi, uruslah kekuatan utama kita sektor UMKM . Semua kebijakan peningkatan, akses pembiayaan dan pemasaran atau apapun itu justru yang utamanya adalah UMKM ,” kata Eni.
Namun untuk memastikan daya saing UMKM diakuinya tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi pemerintah seperti tarik ulur kepentingan terutama apabila hal itu terkait penetapan Lembaga atau Badan yang mengurusi UMKM . Menurutnya, banyak Kementerian dan Lembaga pemerintah di Indonesia yang membentuk Badan Layanan Umum (BLU) yang diniatkan untuk mendukung UMKM . Namun dalam praktiknya setiap program yang dijalankannya terkesan tidak serius dan justru dijadikan proyek saja tanpa target terukur.
“BLU-BLU itu harus jelas statusnya, termasuk LPDB Koperasi dan UMKM . Kalaupun nggak dijadikan satu ya harus ada sinergi dan kolaborasi untuk benar-benar membina dan mendampingi UMKM . Indonesia itu yang mahal adalah sinergi dan komunikasi antar lembaga,” ulasnya.(sdk)