Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) akan menggelar Napak Tilas Raden Wijaya Charity Run dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-62 pada 4-5 Januari 2025. Kegiatan ini menggabungkan olahraga, sejarah, dan filantropi, dengan rute sepanjang 70 kilometer dari Trowulan, Mojokerto, hingga Universitas Brawijaya, Malang, melalui Cangar. Tahun ini Napak Tilas Raden Wijaya memiliki tujuan mendukung pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya.
Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S., IPU., ASEAN Eng., sebagai inisiator, menjelaskan latar belakang kegiatan ini. “Napak Tilas Raden Wijaya ini berangkat dari diskusi panjang tentang konsep ‘Brawijayan’ yang menjadi ikon Universitas Brawijaya. Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit dan dikenal sebagai Prabu Wijaya I, memiliki cita-cita mulia yang kami coba telusuri melalui kegiatan ini. Selain menelusuri sejarah, kami juga ingin mengangkat tren olahraga lari sebagai sarana edukasi dan filantropi,” ujarnya.
Tahun ini rute lari sepanjang 70 kilometer ini memiliki tantangan tersendiri, dengan elevasi mencapai 1.600 meter di atas permukaan laut. Titik awal di Trowulan, Mojokerto, memiliki nilai sejarah penting sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit sekaligus lokasi makam Raden Wijaya. Peserta akan melanjutkan perjalanan menuju Cangar sebelum akhirnya tiba di Universitas Brawijaya, Malang.
Prof. Sasmito menambahkan, kegiatan ini melibatkan berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, guru besar, dan pelari difabel.
“Kami ingin menunjukkan bahwa usia bukan penghalang untuk tetap produktif. Bahkan tiga guru besar akan berpartisipasi. Kegiatan ini juga dirancang agar mahasiswa dan masyarakat belajar bahwa untuk mencapai cita-cita tidak ada jalan yang mudah,” jelasnya.
Napak Tilas Raden Wijaya Charity Run tidak hanya sekadar acara lari. Seluruh hasil dari kegiatan ini akan disalurkan untuk mendukung pendidikan mahasiswa difabel di Universitas Brawijaya, khususnya mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi.
“Universitas Brawijaya memiliki sejarah panjang dalam membangun sistem pendidikan inklusif. Pada tahun 2019, kami bahkan menerima penghargaan internasional dari UNDP di Wina sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik dalam pendidikan inklusif. Melalui charity run ini, kami ingin terus mendukung mahasiswa difabel agar mereka bisa mendapatkan akses pendidikan yang layak,” tambah Prof. Sasmito.
Prof. Sasmito berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan dalam perayaan Dies Natalis Universitas Brawijaya setiap tanggal 5 Januari. “Melalui kegiatan ini, kami ingin mengedukasi peserta bahwa perjalanan menuju cita-cita itu penuh perjuangan. Semoga charity run ini tidak hanya bermakna secara fisik, tetapi juga membawa dampak sosial yang besar bagi mahasiswa difabel kita,” tutupnya.
Dengan mengusung semangat Raden Wijaya, acara ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada peserta dan masyarakat luas untuk terus berjuang dalam mencapai cita-cita dan membangun masa depan yang inklusif.(din)